Laporan: Karmila Bakri, Polewali
SUNGAI yang dulu ditempati untuk mandi oleh warga, kini berubah menjadi sumber penghidupan. Maraknya aktivitas mengeruk sungai di lingkungan Jambutua, kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polman, mengakibatkan area sungai semakin melebar.
Kebun-kebun warga di sekitaran sungai juga habis tergerus jika hujan deras turun dan menyebabkan banjir.
Warga tiap harinya menjadi “buruh sungai” mengumpulkan kerikil dan bebatuan sungai, mobil truk pun keluar masuk mengangkut pasir dan batu-batu sungai menjadi pemandangan tiap hari. Eksploitasi sungai ini tidak sebanding dengan reboisasi di sekitaran sungai sehingga area sungai semakin hari semakin melebar dan mengancam pemukiman warga.
Salah satu warga yang kami wawancarai disela-sela aktivitasnya berendam mengambil kerikil, mengatakan, “Tiap hari saya mengambil kerikil di sini, mengumpulkannya dan menjualnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika truk-truk masih banyak datang di sungai ini, yah saya juga akan selalu di sini mengambil kerikil,” tutur seorang ibu buruh galian C .
Ada penahan arus sungai saat banjir pernah dibangun semacam bronjong, tapi saat ini juga tidak maksimal berfungsi. Beberapa hektar lahan pertanian warga juga habis tergerus jika hujan deras dan banjir melanda.
Siapa yang patut disalahkan dengan kejadian ini? Alam dieksploitasi dengan alasan sebagai sumber mata pencaharian warga setempat, namun di sisi lain menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup.
Seorang petani di sekitar Jambutua, menimpali, “Cappumi tori sappolong umaqu, manus muaq matambaqi urang. Muaq banjir tomi anaqu, nacappu nasammi manus litaqu,” tuturnya dalam bahasa Mandar.
Kondisi ini telah berlangsung lama. Batu dan pasir sungai diangkut untuk membuat bangunan atau infrastruktur di perkotaan. Harga kerikil per gerobak Rp5000. Warga sejauh ini sebagian mengandalkan hasil dari sungai ini. Setiap hari mereka dapat mengeruk penghasilan Rp250 ribu, atau paling kurang Rp100 ribu.
Jika musim panen padi, sebagian akan pergi sebagai buruh di sawah, maqdoros. Sementara bila musim tanam mereka kembali berendam mencari nafkah di sungai ini.