Forum Kajian Indonesia-Amerika Menghadiri Diskusi Warisan Budaya Maritim di Kedubes AS

Lolos dalam pertempuran di Laut Jawa, kariernya sebagai hantu gentayangan berakhir saat Houston disergap dan ditenggelamkan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Pertempuran Selat Sunda pada tahun 1942.

Pada 2017, miniatur Houston menjadi bagian dari hibah pemerintah Amerika Serikat kepada Museum Bahari di Jakarta. Naasnya, pada tahun 2018, api melahap Museum Bahari beserta koleksinya, termasuk miniatur Houston.

Menurut McKinnon, situs USS Houston tersebut memiliki nilai signifikan tidak hanya untuk sektor perikanan, tetapi juga untuk pengembangan pariwisata, studi lokasi peperangan (battlefield studies), serta penelitian tentang konstruksi kapal.

Dr. McKinnon juga menggarisbawahi urgensi preservasi warisan budaya tersebut, mengingat banyaknya ancaman yang dihadapi oleh situs-situs bersejarah di bawah laut akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Urgensi Kajian Warisan Budaya Bawah Air

Kajian tentang preservasi warisan budaya bawah air (underwater cultural heritage) merupakan bidang yang semakin penting dalam arkeologi dan pelestarian budaya. Warisan budaya bawah air mencakup berbagai artefak, bangunan, dan situs yang terletak di bawah permukaan air, seperti kapal karam, kota yang tenggelam, dan situs pemakaman bawah laut.

Menurut Konvensi UNESCO tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air (2001), warisan ini mencakup semua benda yang terletak di bawah permukaan air dan memiliki nilai sejarah, arkeologis, atau budaya. Contohnya adalah kapal karam, situs arkeologi yang terendam, dan artefak yang hilang di laut.

Warisan budaya bawah air memberikan wawasan tentang sejarah maritim, perdagangan, dan interaksi antarbudaya. Situs-situs ini sering terancam oleh aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan yang berlebihan, pencemaran, dan perubahan iklim. Kajian dan preservasi warisan budaya bawah air adalah upaya penting untuk melindungi dan memahami sejarah manusia.

Hadir dalam diskusi ini, anggota Forum Kajian Indonesia-Amerika yang terdiri dari para peneliti lintas disiplin, antara lain Yanuardi Syukur, Ade Purwanto, Sofyardi Rahmat, Muhammad Ibrahim Hamdani, Subandriyah, Ana Fauzia, Fathul Hamdani, Siti Nur Hidayati, Munawir Aziz, Indri Retno Putranti, Qanita Indriani Setiono, Farinia Fianto, dan Lili Dahliani.

Mereka juga secara aktif menyampaikan pandangannya tentang studi warisan budaya, edukasi publik, peran film dalam edukasi warisan maritim, proteksi hukum, geopolitik Asia-Pasifik, hingga apa dampak karamnya USS Houston bagi Amerika Serikat.

Adapun Dr. McKinnon adalah seorang arkeolog bawah laut dan terestrial serta Profesor Studi Maritim di Departemen Sejarah di East Carolina University. Ia memiliki latar belakang dalam arkeologi sejarah dan maritim serta manajemen budaya. Bidang penelitiannya meliputi arkeologi kolonial Spanyol, arkeologi dan sejarah U.S. Life-Saving Service, arkeologi konflik Perang Dunia II di Pasifik, arkeologi lanskap dan bentang laut, konservasi dan pelestarian in situ, dan Arkeologi Komunitas.

Peluang Kolaborasi

Sebelumnya, Dr. McKinnon mengatakan bahwa telah ada upaya luar biasa yang telah dilakukan untuk melestarikan USS Houston. “Terdapat peluang untuk menciptakan jaringan dan kolaborasi antara AS dan Indonesia,” ujar Dr. McKinnon di @America, Jakarta (20/8).