Di tengah maraknya budaya konsumerisme dan kompetisi yang tidak sehat, filosofi Doko menjadi kritik sosial yang relevan.
Irham tampaknya memahami betul dinamika sosial yang terjadi di sekitarnya. Dalam percakapan yang lebih dalam, ia bercerita tentang bagaimana gempa yang melanda Sulawesi Barat beberapa waktu lalu membuka matanya tentang arti penting berbagi dan hidup sederhana.
Kedai kopi Doko Box ini, dengan konsep yang sederhana namun sarat makna, ingin mengingatkan para pelanggannya untuk menghindari sifat Doko. Dengan menjadikan kata ini sebagai merek dagang, Irham seolah ingin menyuarakan pesan moral yang kuat kepada setiap orang yang mampir.
“Saya juga berharap teman-teman media atau wartawan yang melintas di Malunda dapat mampir ke sini. Insya Allah akan menjadi ruang silaturahmi dan sharing.” Sebutnya saat saya hendak beranjak.
Sambil menikmati secangkir kopi Doko, blend yang diracik dengan proporsi 75 persen kopi, tanpa gula berlebih, saya meresapi setiap tegukan yang terasa hangat dan menenangkan. Kopi yang disajikan di kedai ini bukan sekadar minuman, melainkan medium refleksi.
Setiap tegukannya mengajak kita merenungi kehidupan yang sering kali terjebak dalam ritme yang cepat dan tuntutan yang semakin besar.
Dari tepi trans Sulawesi Doko Box ingin mengajarkan bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, dan dalam kebersamaan, kita menemukan kekuatan yang luar biasa. Sayangnya, dalam era digital yang semakin terfragmentasi, nilai kebersamaan ini sering kali terabaikan.
Di Doko Box, filosofi ini terasa begitu hidup. Suasana kedai sengaja dibuat agar para pengunjung bisa berinteraksi satu sama lain. Tidak ada pembatas yang kaku, meja-meja disusun agar orang-orang bisa saling bertatap muka dan berbicara.
“Kami ingin kedai ini menjadi tempat di mana orang-orang bisa saling berbagi cerita, bukan hanya duduk sendirian dengan gadget masing-masing,” kata Irham.
Irham salah satu dari sedikit orang yang berusaha untuk menjaga agar nilai-nilai ini tetap hidup. Ia tidak hanya berdagang, tetapi juga berdakwah lewat filosofi yang ia terapkan dalam usahanya. Bagi Irham, kedai kopi adalah medium untuk mengajak merenungi kembali makna hidup, dan mungkin mengubah sedikit cara pandang kita terhadap hidup ini.
Saya menyadari bahwa Doko Box bukanlah sekadar tempat singgah untuk menikmati kopi. Tempat ini menawarkan lebih dari itu, sebuah pelajaran hidup yang disampaikan dengan cara yang sederhana namun mendalam.
Mampirlah ke Doko Box jika suatu saat anda melewati daerah Malunda. Nikmati kopinya, resapi filosofi yang ditawarkan. Biarkan setiap teguknya mengingatkan kita untuk hidup sahaja. (*)
Rumah Menulis Mamuju, 12 Agustus 2024