Laporan: Wahyudi
MANDARNESIA.COM, Polewali – Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Polewali Mandar Selasa, 17 Januari 2023 melaunching sebuah produk sosialisasi untuk menyambut tahapan pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih dari 14 Oktober 2022 s.d. 21 Juni 2023.
Film ini cukup bagus untuk sarana sosialisasi detail informasi yang tersampaikan, ini ditandai dengan adanya beberapa CU atau Close UP dan bahkan ECU atau Extreme Close UP pada beberapa dokumen yang dibawa oleh si pantarlih, film ini diputar perdana di gedung SLB Polewali, dihadiri seluruh komisioner KPU Polman, PPK KPU Kabupaten Polewali Mandar, Bawaslu dan dua orang pembedah film, serta aktor dan aktris para pemeran film tersebut.
Film ini memiliki unsur komedi yang bisa saja membuat film menjadi ‘buah bibir’, maksudnya bila dibicarakan orang proses informasinya akan cepat tersebar dan lebih terpercaya, karena disampaikan oleh orang orang dekat masyarakat kita, sehingga membuat penasaran.
Pemainnya cukup beragam dari usia milenial mewakili pemilih generasi Z sampai pada pemilih yang mewakili pemilih usia senja. Judulnya cukup menggoda CLBK (Coklit Berbasis Peta Pemukiman), bisa membuat orang penasaran, upgrade saturasinya mungkin masih bisa diangkat, sehingga ketika diplay outdoor dan tidak terlalu terpengaruh tembakan cahaya.
Namun yang membuat memukau adalah petikan view Polewali Mandar sebagai salah satu transisi dari satu frame ke frame cukup cerdik, ini upaya juga mempromosikan daerah.
Muhammad Syariat Tajuddin, sebagai pembedah film menyebutkan bahwa hendaknya pemilu dibuat dalam kondisi riang gembira yang outputnya adalah kreativitas.
“Film adalah puncak pencapaian kebudayaan, film memiliki semua genre kesenian, ada banyak equal dalam sebuah film. Menilai film adalah bisa muncul subyektivitas. Ini adalah keagungan yang dilakukan oleh KPU Polewali Mandar, sebab ada keringat yang membuat film ini. Bagaimana gagasan dielaborasi dalam film, mestinya kita ini melakukan pelacakan bagaimana kreativitas ini dilakukan,” sebutnya.
Sementara itu Saifuddin dari Bawaslu Polewali Mandar menyebut bahwa KPU sangat tepat mengambil momentum dalam meluncurkan film ini, lebih duluan dari pada media kampanye para peserta pemilu.
“Sekarang ini kita berada dalam momentum politik, penampilan ikon-ikon jangan sampai ditampilkan yang bisa membuat disalahtafsirkan orang. Jangan sampai orang lain mempersepsikan membuat KPU dinilai tidak netral,” ungkapnya.
Darmawansyah, PPK Kecamatan Polewali, menyebut film ini mengandung nilai edukasi tersendiri bagi Panitia Pemilihan Kecamatan.
“Kami teman-teman yg ada di Polewali, bisa dibilang masih bagian dari Kecamatan Polewali, film. Ini adalah bagian dari pada tugas dan fungsi PPK masing-masing.” sebut Darmawansyah.
Abe sebagai sineas muda yang membantu KPU Polewali Mandar dalam memproduksi film ini menyebut bahwa tantangan terbesar dalam memproduksi film ini adalah harus memperlajari perubahan dari PPDP lalu berubah ke Pantarlih.
“Kita harus melakukan riset juga, dari sisi keaktoran hampir semua aktor yang digunakan itu adalah memang bukan aktor,” ujar Abe.
Muslim Sunar, Komisioner KPU Polewali Mandar Bidang Data dan Teknis Pemilu menyebut bahwa gagasan pertamanya adalah dengan melihat pantarlih yang jumlahnya 1200-an lebih, terlalu banyak sumberdaya yang dibutuhkan untuk mensosialisasikan tata cara coklit atau kerja-kerja pantarlih ini.
“Sejak tahun lalu kami diskusikan, ini adalah mimpi dari tahun 2020 dan alhamdulillah sudah jadi nyata,” ungkapnya.