Diculik di Sabah, Nasib Syamsul Saguni Belum Jelas

MAJENE, Mandarnesia.com — Ibu dua ini sangat khawatir setelah suaminya ditahan selama dua bulan 26 hari. Fitriani merupakan istri dari Syamsul Saguni, salah satu dari dua warga Provinsi Sulawesi Barat yang disekap kelompok Abu Sayyaf di perairan Sabah, Malaysia.

Ia tak tahu lagi akan menanyakan kepada siapa nasib suaminya. Beberapa bulan lalu, usahanya sempat membuakan hasil, ia dapat menjalin komunikasi dengan suaminya setelah ratusan kali mencoba menghubungi nomor teleponnya.

Rasa kangen, haru bercampur khawatir itu tersambung melalui telepon. Tapi itu belum dirasa cukup, Syamsul hanya bercerita sekitar tiga menit. Waktu yang sangat singkat bagi pasangan yang bertahun berpisah.

“Dual bulan yang lalu saya sempat bicara tiga menit, waktu itu hanya cukup untuk bicara dengan anak-anaknya,” kata Fitriani kepada mandarnesia.com melalui pesan pengantar WhatsApp, Jumat (14/12/2018).

Syamsul tinggal di Kecamatan Pamboang, Majene dengan keluarga kecilnya, ia sangat dekat dengan anak-anaknya. Sebelum dikabarkan diculik, tiga kali dalam sehari, Syamsul wajib menelpon untuk menayakan anak-anaknya. Apakah sudah makan atau belum.

Sementara kabar ditemukannya Usman Yunus, diterima Fitriani t pada Rabu 12 Desember lalu.

“Suami saya belum bebas,” jawab Fitri saat menjawab pertanyaan mandarnesia.com.

Harapan yang sama kembali ia simpulkan kepada pemerintah, ucapan yang sama saat pertama kali ia mendapat kabar suaminya diculik. Berharap pemerintah memberi perhatian serius terhadap kasus ini.

“Semoga pemerintah diberi kemudahan untuk membebaskan suami saya,” tutupnya.

Hal berbeda datang dari Yuli, istri Usman Yunus (30), warga Kabupaten Polewali Mandar yang disekap bersama Syamsul. Usman berhasil kabur dan telah bertemu dengan keluarga di Kantor Kemeterian Luar Negeri (Kemenlu) Jumat (14/12/2018).

Keduanya bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Malaysia, Dwi Jaya I, saat diculik. Kelompok Abu Sayyaf sempat menuntut tebusan sebesar 1,3 juta dolar Singapura, atau setara Rp14,3 miliar untuk Yunus dan Saguni.

Reporter: Sudirman Syarif

Foto: Kompas