Dari Unasman untuk Perempuan di Era Digital

Laporan: Wahyudi Muslimin

Pusat Kajian Perempuan Unasman pada Senin, 26 oktober 2020 telah berhasil menghelat seminar Nasional bertema Pemberdayaan perempuan di Era digital. 12 Pemateri perempuan dari beberapa kampus di Indonesia tergabung sebagai narasumber untuk menyamakan persepsi tentang bagaimana perempuan di era digital agar dapat bertahan dari kemajuan teknologi.

Naim Irmayani,S.Pd.,M.Pd salah satu perempuan Polewali Mandar yang banyak aktif di beberapa organisasi, salah satunya oraganisasi Kepanduan di bawah naungan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Polewali Mandar. Yang juga merupakan salah satu pengajar di Unasman yang dinahkodai Dr. Hj. Chuduriah Sahabuddin.

“Kegiatan kali ini memang diselenggarakan untuk mengetahui, memberikan motivasi dan tambahan pengetahuan kepada perempuan-perempuan di luar sana untuk mengetahui segala potensi yang ada pada diri mereka” ungkap Naim melalui rilis tertulis kepada mandarnesia.com.

Rektor UNASMAN sebagai penyelenggara pada kegiatan ini menyebutkan bahwa Sulawesi Barat menempati peringkat tertinggi angka pernikahan dini. Fakta tersebut bersumber dari liputan 6.com edisi Juli 2019.

“Masih banyak perempuan yang tidak memanfaatkan dengan baik, segala informasi dari media sosial, tidak sadar kualitas dirinya dan tidak memperhatikan masa depan yang bisa Ia raih” Ungkap rektor yang berkharisma ini.

Berikut rundown acara ‘‘Pemberdayaan Perempuan di Era Digital ” Senin , 26 Oktober 2020. Pukul 10:00 – Selesai WITA

No Waktu Topik Nama Pembicara
1 10.00 – 10.10 Wita Regitrasi Peserta
2 10.10 – 10.20 Wita Pembukaan
3 10.20 – 10.30 Wita Topik 1 Dr. Hj Chuduriah Sahabuddin M.Si

Rektor Universitas Al Asyariah Mandar

4 10.30 – 10.40 Wita Topik 2 Dr. Sri Musdikawati,M.Si

Universitas Al Asyariah Mandar

5 10.40 – 10.50 Wita Topik 3 Dr. Khalsiah, M. Hum

Universitas Negeri Malikussaleh, Indonesia

6 10.50 – 11.00 Wita Topik 4 Dr. Siti Mariam, M. Pd

Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Indonesia

7 11.00 – 11.10 Wita Topik 5 Dr. Vedia, M.Pd.

Universitas Islam Syekh Yusuf

8 11.10 – 11.20 Wita Topik 6 Dr. Nurul Fadhilah, S.Pd.,M.Hum.
IAIN Lhokseumawe, Indonesia
9 11.20 – 11.30 Wita Topik 7 Dr. Noor Rachmawaty, M.Ed.

Universitas Mulawarma

10 11.30 – 11.40 Wita Topik 8 Nurul Hikmah, M.Pd
IAIN Lhokseumawe, Indonesia
11 11.40 – 11.50 Wita Topik 9 Eva Nikmatul Rabbianty, M.Pd.

IAIN Madura, Indonesia

12 11.50 – 12.00 Wita Topik 10 Santiana, M.Pd

Siliwangi University, Indonesia

13 12.00 – 12.10 Wita Topik 11 Almira Keumala Ulfah, M.Si., Ak., CA

IAIN Lhokseumawe, Indonesia

12.20 PM Closing  

Dari berbagai perguruan tinggi dengan disiplin ilmu yang bebeda-beda hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini. Unasman mampu menjadi tasbih mempertemukan perempuan hebat dalam sebuah wadah seminar nasional tentang peran-peran perempuan dalam era digital.

Seperti Santiana, M.Pd dari Siliwangi University, Indonesia menyebutkan bahwa tak dapat dipungkiri saat ini pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi kian nyata. Ini merupakan tantangan yang perlu direspon baik oleh semua kalangan, termasuk di dalamnya para perempuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat sejajar dengan Pria.

Salah satu caranya menurut Santiana bahwa diperlukan Cara baru Berinteraksi, Teknologi digital menghadirkan cara baru dalam interaksi termasuk dalam memunculkan potensi-potensi bisnis yang belum ada sebelumnya, sehingga ketika ingin terjun ke dalam dunia digital, perempuan benar-benar memahami perannya dengan benar dan tidak sekadar mengikuti tren.

Kemudian mengajar dan membina generasi penerus, seorang ibu perlu membuka diri (open mind) dan mau terus belajar mengikuti perubahan jaman yang tentunya diikuti dengan perubahan perilaku, karakter dan sikap anak-anak yang hidup di zaman ini. Perempuan sebagai pendidik generasi penerus harus mampu menerapkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan moral dengan cara yang berbeda dengan jaman dahulu.

Perempuan jika ingin berdaya di era digital ini harus bisa mengatasi Gap Digital, karena tantangan dunia digital yaitu kreativitas dan perubahan. Juga harus melek digital dengan mengambil inisiatif meningkatkan peran perempuan, kuasai digital marketing, dan Pendidikan berbasis teknologi. Juga dukungan keluarga diperlukan sehingga perempuan digital akan menambah perannya (Ibu/Istri/karier) dan harus open minded.

Kemudian Dr. Siti Mariam, M. Pd yang berasal Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Indonesia, menyebutkan dalam intriduksiya bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan, sehingga perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan, akses serta peluang yang sama sebagai sumber daya pembangunan. Kesetaraan merupakan target yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan nasional jangka menengah dan jangka panjang maupun Millenium Development Goal (MDGs). Arah pembangunan pada revolusi industri keempat menuju pada ekonomi digital dan teknologi, membuat industri science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) memiliki prospek yang menjanjikan. Secara tidak langsung system digital telah merubah pekerjaan manusia menjadi lebih cepat dan efesien.

Lebih spesifika lagi Siti Maryam juga memberikan peluang perempuan di era digitial, antara lain : Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, inovasi, dan perubahan cepat yang berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Gejala ini diantaranya ditandai dengan banyaknya sumber informasi melalui media sosial, seperti youtube, Instagram, dan sebagainya. Hadirnya Revolusi Industri 4.0 seharusnya dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh kaum perempuan.

Dalam bidang sosial peran teknologi informasi dan komunikasi bagi perempuan dapat dijadikan sarana penting dalam pemberdayaan ekonomi, yang saat ini kegiatan ekonomi bisa dilakukan secara online. Disamping itu juga dapat mendorong lebih banyak kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dapat dilakukan. Kemampuan individu untuk bisa mengakses informasi di era digital merupakan hal penting, termasuk bagi perempuan. aktivitas menulis di blog yang dilakukan oleh para perempuan/ibu di emak2blogger ruang untuk menyampaikan problematika, khususnya yang menjadi finalis Srikandi

Perempuan berkualitas mampu menempatkan dirinya dalam peran yang sangat penting baik sebagai ibu dalam mendidik generasi masa depan, maupun dalam ranah publik termasuk di era Revolusi Industri 4.0. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hanya ada 30 persen pekerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematik. Padahal, Revolusi Industri

Perempuan memegang peranan strategis yakni sebagai pekerja rumah tangga (mengatur rumah, membesarkan dan mengasuh anak), berperan sebagai pekerja transisi (bekerja dalam bidang usaha keluarga) dan sebagai pekerja diluar rumah tangga sebagai perempuan karier. Sesungguhnya perempuan memiliki potensi luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Mendidik generasi penerus bangsa sebagai pemberi pendidkan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, sehingga perempuan perlu memiliki wawasan dan pengalaman yang luas di bidang teknologi informasi dan komunikasi agar dalam menjalankan perannya tersebut bisa secara optimal.

Mendidik generasi penerus bangsa sebagai pemberi pendidkan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, sehingga perempuan perlu memiliki wawasan dan pengalaman yang luas di bidang teknologi informasi dan komunikasi agar dalam menjalankan perannya tersebut bisa secara optimal.

Arah pembangunan pada revolusi industri keempat menuju pada ekonomi digital dan teknologi, membuat industri science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) memiliki prospek yang menjanjikan. Secara tidak langsung system digital telah merubah pekerjaan manusia menjadi lebih cepat dan efesien.

Tidak sampai di situ Siti Maryam juga secara gamblang menjelaskan tantangan yang dihadapi, diatarnaya kesenjangan digital yang terjadi pada  perempuan, baik di Indonesia maupun tingkat global, digital Literacy pada para perempuan masih rendah, pembangunan perempuan harus dilakukan tepat sasaran,

Konklusinya adalah perempuan harus mampu berdaya digital dengan mengatasi Gap Digital, berdaya digital dengan melek digital, berdaya digital dengan dukungan keluarga, menjadi perempuan berdaya diera digital memang menjadi tantangan. Tetapi dibalik tantangan zaman ada peluang yang menarik disana.

Lalu Nurul Hikmah, M.Pd yang dari IAIN Lhokseumawe, Indonesia lebih menyarankan perempuan harus berada dalam sebuah komunitas karena dengan berkomunitas menjadi hal yang penting di Era digital dengan tak dibatasi jarak dan waktu, informasi cepat dan mudah, networking semakin luas, dan arus perkembangan semakin cepat.

Sumber: Presentasi Nurul Hikmah

Tentunya dengan berkomunitas bisa membentuk seorang perempuan menjadi, aktif, kreatif, inovatif dan produktif.

“Saatnya bergandengan tangan, bukan menjatuhkan. Saatnya berkolaborasi, bukan kompetisi” tutup Nurul di presentasinya.

Ada juga Dr. Vedia, M.Pd. dari Universitas Islam Syekh Yusuf menjelaskan bahwa bagaimana perempuan di era digital, sedangkan berdasarkan penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), wanita menempati 48,57 persen dari keseluruhan pengguna internet.

Berarti dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, perempuan akan mampu meningkatkan kapasitas mereka dan berpartisipasi dalam banyak sektor, termasuk ekonomi dan pembangunan. Dapat menjadi pilihan karir dalam sumber pendapatan. Pemberdayaan Perempuan di Era Digital = Kapitalisme Perempuan.

Sehingga perempuan harus melek teknologi, Perempuan harus bisa berkarya, Perempuan harus bisa menyumbangkan pikiran untuk membangun negeri, Berwawasan luas, Bermanfaat bagi orang di sekitarnya maupun masyarakat luas, Berpikir kritis bagi kemajuan bangsa.

Almira Keumala Ulfah, M.Si., Ak., CA dari IAIN Lhokseumawe, Indonesia dalam paparannya menyebutkan bawah berada di Asia Tenggara, Indonesia sendiri merupakan pasar yang potensial bagi ekonomi digital. Besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia dibuktikan melalui nilai USD 27 miliar pada tahun 2018. Angka ini membuat Google optimistis bahwa 10 tahun lagi ekonomi digital Indonesia akan mencapai nilai USD 100 miliar. faktor yang dapat mendukung perkembangan tersebut adalah pemanfaatan teknologi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia. Bahkan menurut data salah satu konsultan audit terbesar di dunia PricewaterhouseCoopers (PwC) pada Februari 2017, Indonesia diprediksi akan menduduki peringkat 5 dalam ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030. Salah satunya dengan meningkatkan pemberdayaan perempuan di sektor ekonomi

Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, inovasi, dan perubahan cepat yang berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Gejala ini diantaranya ditandai dengan banyaknya sumber informasi melalui media sosial, seperti youtube, Instagram, dan sebagainya. Hadirnya Revolusi Industri 4.0 dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh kaum perempuan karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi posisi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia.

Perempuan dituntut untuk meningkatkan kompetensinya untuk memasuki pasar industri kerja ataupun dunia usaha masa depan. Perempuan memiliki peluang yang lebih terbuka lebar, lapangan pekerjaan yang serba otomatis dan digital semakin banyak. Di era ekonomi digital, pekerjaan yang membutuhkan fisik perlahan berkurang dan lebih membutuhkan kecerdasan, kejelian, dan kemampuan menguasai teknologi. Untuk sukses di era Revolusi Industri 4.0, perempuan perlu meningkatkan keterampilan di bidang teknologi, yang didukung oleh kemampuan komunikasi dan leadership, terutama dalam menjalankan pekerjaan atau bisnis yang dikelola secara mandiri.

Perempuan memegang peranan strategis yakni sebagai pekerja rumah tangga (mengatur rumah, membesarkan dan mengasuh anak), berperan sebagai pekerja transisi (bekerja dalam bidang usaha keluarga) dan sebagai pekerja diluar rumah tangga sebagai perempuan karier. Sesungguhnya perempuan memiliki potensi luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Mendidik generasi penerus bangsa sebagai pemberi pendidkan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, sehingga perempuan perlu memiliki wawasan dan pengalaman yang luas di bidang teknologi informasi dan komunikasi agar dalam menjalankan perannya tersebut bisa secara optimal. Hal ini akan berdampak pada lahirnya generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki hati nurani.

Akan tetapi yang menjadi tantangan yang dihadapi kaum perempuan dalam mengoptimalkan perannya dalam pembangunan yaitu bagaimana mengubah sikap permisif masyarakat dan praktek budaya yang membatasi kemajuan perempuan.

Untuk menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia, keterampilan dan keterlibatan kaum perempuan dalam pemanfaatan Teknologi tidak bisa dipisahkan. Perempuan perlu memiliki kompetensi dasar untuk bisa mengoptimalkan penggunaan Teknologi minimal dalam kegiatan rumah tangga, seperti memahami dampak positif dan negatif berkaitan parental control. Sementara dalam kegiatan ekonomi, lebih pada bagaimana internet bisa digunakan sebagai rumusan strategi pemasaranan melalui website, blog, atau vlog.

Peran perempuan diera digital tidak cukup hanya berperan sebagai ibu rumah tangga tetapi juga dituntut untuk mampu berperan diluar rumah seperti melakukan usaha keluarga maupun sebagai perempuan karier. Di era ekonomi digital memberikan peluang besar bagi perempuan untuk berkiprah lebih luas, namun masih sedikit yang mampu memanfaatkan kesempatan ini. Perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan, oleh karena itu dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan perempuan berdaya di era ekonomi digital.

Dari semua materi yang telah dipaparkan, dapat ditarik benang merah bahwa perempuan harus melek teknologi menghadapi revolusi industri 4.0 yang melahirkan keberagaman dan peningkatan daya saing. Perempuan juga harus mandiri dari segi kemampuan, mampu melatih diri lebih kreatif, inovatif, dan produktif agar kedepan perempuan mampu membantu menopang perekonomian keluarga, hal tersebut bukan bermaksud untuk mengambil peran laki-laki sebagai kepala keluarga, namun menjadi partner menjalani kehidupan,selalu berjalan beriringan.

Meutia Hatta : “ Perempuan bukanlah merupakan beban atau hambatan dalam pembangunan, melainkan salah satu potensi, aset di dalam pembangunan.”

Naim Irmayani,S.Pd.,M.Pd sebagai moderator pada kegiatan tersebut menyimpulkan bahwa benang merah dari peran perempuan di era digital ini, perempuan harus melek teknologi menghadapi revolusi industri 4.0 yang melahirkan keberagaman dan peningkatan daya saing. Perempuan juga harus mandiri dari segi kemampuan, mampu melatih diri lebih kreatif, inovatif, dan produktif agar kedepan perempuan mampu membantu menopang perekonomian keluarga, hal tersebut bukan bermaksud untuk mengambil peran laki-laki sebagai kepala keluarga, namun menjadi partner menjalani kehidupan,selalu berjalan beriringan.