Oleh: Ayub Kalapadang
BERKUNJUNG ke beberapa tempat di tanah air adalah impian hampir semua orang. Terlebih lagi kalau yang didatangi kota di luar negeri pasti akan menjadi peristiwa yang mengesankan.
Seperti yang dialami Yuli Rahmayanti, wanita kelahiran Kendari 36 tahun silam itu menamatkan pendidikan perguruan tingginya di Universitas Hasanuddin pada jenjang diploma tiga (DIII).
Pada tahun 2017 ini ia pun mencoba mendaftarkan diri sebagai peserta wisatawan Australia award. Setelah terpilih dan menyelesaikan kegiatan tersebut kini dirinya kembali menikmati statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemprov Sulbar.
Ditemui di sela-sela kegiatan Ranperda Ipparda Dinas Pariwisata Sulbar, Rabu (22/11/2017), Yuli berbagi cerita setelah dirinya terpilih, satu dari tiga peserta dari Sulbar. Mulai dari awal pendaftaran sampai kegiatan selama sebulan di negara Kanguru itu.
“Saya sebulan di sana. Dengan melakukan pendaftaran online lalu terpilih,” katanya mengawali cerita.
Awalnya kata Yuli, pelaksanaaan perekrutan dilakukan pihak Australia dengan menjaring peserta dari wilayah Indonesia Timur termasuk Sulsel, Sulut, Sultra, Sulteng, Sulbar, Maluku, Maluku Tenggara, NTT, NTB, Papua, dan Papua Barat.
Setelah terpilih sebagai peserta, Yuli lalu berangkat menuju Queensland Australia untuk mengikuti kuliah singkat selama sebulan di Griffith University, salah satu universitas terkemuka di negara ini.
Perjalanannya di Australia lalu dijajaki, beberapa daerah menjadi lokasi tempat transit wanita berdarah Makassar itu. Mulai Sidney lalu Seid Cairns, setelah itu ke Brisband, dan Gold Coast.
Setelah melakukan kunjugannya, ia pun mengakui pengelolahan kawasan di Australia memiliki penanganan yang baik. Sistem pemanfaatan potensi wisata mampu dikelola dengan baik.
“Penanganan sampah sangat bagus, hingga disiapkan bank sampah begitu pun ruang terbuka hijaunya juga banyak,” katanya.
Ketika menikmati keindahan di negara tetangga, Yuli menemukan perbedaan pengelolaan potensi destinasi yang ada di Indonesia.
“Di Australia setiap tempat wisata memiliki fasilitas yang baik. Jadi, dilihat dari sarana memang mereka layak untuk dikunjungi,” ujarnya.
Ia pun menilai bahwa keindahan sesungguhnya lebih dimiliki Indonesia. Tapi masih belum dikelola dengan baik.
“Kalau dibandingkan dengan Australia, negara kita sebenarnya lebih indah namun belum tertata dengan baik, dan transportasi belum memadai,” sebutnya.
Ia mengaku perjalan singkatnya di Australia banyak menemukan berbagai pengalaman berarti yang nantinya dapat diterapkan di Sulbar.
“Pengalaman perjalanan ke negara lain menjadi salah satu yang membuat saya ingin menerapkan di daerah sendiri, termasuk mengembangkan jaringan,” tutupnya.