MAJENE, Mandarnesia.com — Nisa, pelajar yang duduk di bangku SD Kelas V Lipu, Majene ini, kisahnya menarik untuk dibincang.
Ia bejuang menjual stiker berlafal Alquran untuk menabung dan biaya untuk membeli pakaian batik sekolah.
Sepulang sekolah, ia telah bersiap berkeliling Kota Tua, Majene, untuk menjajakan beberapa stiker yang akan dia jual ke setiap orang yang ia temui.
Stiker berukuran 40 kali lima sentimeter itu, ia jual dengan harga Rp5.000 per lembarnya. Dalam sehari hingga larut malam, jika nasib baik memihak, ia bisa menjual lima sampai sepuluh stiker.
Nisa tak sendiri. Ia bersama kakaknya yang saat ini duduk di bangku salah satu SMP di Majene. Indomart, Alfamidi, dan Pantai Taman Kota Majene. Tiga tempat itu wajib ia datangi setiap harinya.
Saat ditemui di Mesjid Agung Laikal Mashi Kota Mejene, ia sedang asik bermain bersama kakaknya, berlari di halaman masjid hingga gendong-gendongan melewati sebuah selokan kecil kemudian memutar dan kembali.
“Saya jual stiker sejak kelas satu SD. Jika besar nanti saya tidak akan jualan lagi, saya memilih jual buku,” kata Nisa kepada mandarnesia.com, usai shalat Isya berjamaah di Masjid Laikal Masi, Sabtu (19/1/2019).
Anak yang mengaku tak tahu mau jadi apa jika kelak tumbuh dewasa, merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya Sahril bekerja di Barru, Sulawesi Selatan, hanya pulang beberapa kali dalam setahun. Sementara ibunya, Dinda tinggal di rumah jualan buku di Leppe, Mejene.
Cukup banyak keuntungan yang diperoleh Nisa dalam berjualan stiker berlafal Alquran. Di pengepul ia membeli dengan harga Rp5.000 satu bungkus yang berisi 20 lebih stiker, setiap lembarnya ia potong menjadi dua bagian. Hasilnya, stiker dibagi menjadi 40 bagian
Nisa mengenal pekerjaan itu saat diajari tantenya yang juga menjual buku di Kota Mamuju.
“Kalau ada uang saya dapat, saya kasi mamaku, saya tabung juga beli baju batik untuk sekolah. Karena tidak dibagikan baju batik hanya baju pramuka sama baju putih,” tutur Nisa.
Reporter: Sudirman Syarif