Bustan: Potensi Seni Sulbar Bak Gunung Es

Bustan: Potensi Seni Sulbar Bak Gunung Es -

mandarnesia.com, Kontes Dangdut Indosiar (LIDA) yang diselenggarakan oleh stasiun TV swasta Indosiar (25/2), kini menyisakan harapan cukup besar atas penampilan kelima peserta asal Provinsi Sulbar.

Salah satunya datang dari seniman Mandar yang juga pengurus PKH Bustan Basir Maras. Meski dirinya tidak sempat hadir secara langsung di studio Indosiar. Tetapi ia dapat merasakan keikutsertaan Sulbar diajang bergengsi itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya dan seluruh masyarakat.

Dari kelima peserta, ia pun menaruh perhatian kepada dua dari lima peserta asal Sulbar yang menurutnya tercatat sebagai peserta Pendamping Keluarga Harapan (PKH) yang hidupnya dalam garis kemiskinan untuk ikut mencoba peruntungan di kontes dangdut bertaraf nasional itu.

“Sejak awal saya komitmen mendukung dua anak dampingan PKH yang tembus acara ini. Yakni Cici Gunarsih juara asal Tamasapi Mamuju dan Sri Indarsih asal Ulumanda, yang juga tetangga kampung saya, yang sudah 20 tahun terakhir terpinggir dari pembangunan Majene dan Sulbar,” tutur Bustan Basir Maras yang juga merupakan pegiat seni Sulbar, Selasa (27/2/2018).

Penampilan peserta asal Sulbar, menurut Bustan sangat fantastis untuk bersaing dengan seluruh peserta lainnya dari beberapa daerah. Seperti diperlihatkan oleh Cici wakil Sulbar yang juga anak dari Ibu Harapiah, peserta PKH asal Tamasapi.

Meski begitu, berbagai perdebatan yang mewarnai jalannya acara tersebut melalui media sosial tentang “pelecehan” budaya Mandar, Bustan menganggap hanya terjadi salah kaprah dan memandang sebagai peristiwa kebudayaan perspektif ideal dalam konteks yang tidak ideal.

“Apa yang ditampilkan di acara itu hanya berupa cuilan budaya Mandar, bukan pakem utuh. Sehingga, tidak bisa digugat dalam persfektif pakem budaya Mandar,” jelasnya.

“Tapi apapun itu, alhamdulillah Cici adalah gunung es wajah potensi anak Sulbar yang selama ini dipinggirkan dari derap pembangunan, dan terlanjur jatuh cinta pada kebudayaan mainstream,” terang Bustan.

Reporter: Ayub Kalapadang