Mandarnesia.com — Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan dan Permukiman (PSPLP) memiliki peran penting dalam pengembangan dan penataan pemukiman wilayah.
Beberapa sektor disebut akan berfungsi menangani permasalahan lingkungan seperti pengelolaan sistem persampahan yang lebih memadai, limbah serta drainase khususnya pada daerah dengan jumlah penduduk perkotaan yang relatif tinggi.
“Sektornya kita itu drainase, TPA, dengan air limbah atau kalau limbah skala kota itu Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Itu sektornya PSPLP,” kata Kepala Satuan Kerja (Kasatker) PSPLP Provinsi Sulbar, Ibrahim kepada mandarnesia.com saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (30/5/2018).
Menurut Ibrahim khusus untuk sektor drainase PSPLP akan berfokus pada masalah genangan air di daerah permukiman dan bukan pada permasalahan penanganan banjir.
“Hanya menangani genangan saja, di situ PSPLP bisa masuk. Kita juga tidak bisa menangani banjir. Tetapi genangan dalam arti ada permukiman yang bisa kita tangani bukan juga rawa atau kolam,” jelas Ibrahim.
Untuk lebih maksimal, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengetahui apa yang menjadi program dari mereka.
“Saya akan melakukan koordinasi dengan pemda yang ada di Sulbar. Saya menguatkan mereka punya visi-misi, artinya kalau di Mamuju itu ada namanya Mamuju Mapaccing kami buatkan dia TPS 3R, dan TPA seperti itu,” ujarnya.
“Jadi, selain itu programnya juga saya kuatkan dengan program sanitasi begitu pun dengan kabupaten lainnya,” terang Ibrahim.
Salah satu drainase di dalam Kota Mamuju yang kerap menyisakan banjir setiap hujan beberapa jam saja, yakni di seputaran persimpangan empat Jalan Musa Karim-Jalan Hapati Hasan. Titik ini memerlukan terusan atau drainase baru agar limpahan air dari Musa Karim II dapat lancar ke Musa Karim I arah ke Pasar Baru.
Demikian kebutuhan drainase di Jalan Pangeran Diponegoro, yang limpahan airnya, dari arah MAN Mamuju selama ini berbelok ke Hapati Hasan atau area rumah dinas Kapolda Sulbar. Kondisi ini terjadi bertahun-tahun disebabkan kontur jalan di Diponegoro yang mengarah ke Pasar Baru menanjak. Hingga ruas Jalan Hapati Hasan harus menerima kiriman luapan ribuan kubik air.
Saat banjir bandang Mamuju beberapa bulan lalu warga sekitar Musa Karim juga telah menyampaikan keluhan ini.
Reporter: Ayub Kalapadang
Foto: Lentera Sulawesi