Oleh Adi Arwan Alimin (Insight Mandarnesia)
Saya begitu riang di tengah anak-anak sekolah dasar se-Sulselbar, tanggal 3 hingga 5 November kemarin. Mereka sedang mengikuti lomba menulis cerita pendek dalam bahasa daerah di Makassar.
Sirumung karaya ini menghadirkan ratusan anak-anak dari pelosok kabupaten di Sulsel dan Sulbar. Untuk kelas cerita pendek, jumlah pesertanya tak sampai 50 orang. Festival Tunas Bahasa Ibu 2024 ini digelar Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan.
Namun lomba kali ini memiliki daya tarik tersendiri, karena dalam durasi terbatas mereka harus menyelesaikan cerpen minimal lima halaman. Tak mudah sesungguhnya, namun saya melihat antusias yang tinggi dari anak-anak berbakat ini.
Sesekali kami sebagai juri mendekati peserta untuk melihat bagaimana setiap kata dan kalimat mereka tetas di layar laptop masing-masing. Ada diantara yang baru tahu menyimpan file, ada yang kedinginan karena ac sentral Novotel, ada yang amat fokus mengais gagasannya.
Penulis juri bersama Gege Mappangewa Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) pusat, Saharuddin dari Atirah Makassar, dan Elvira. Penulis untuk bahasa Mandar, Gege bahasa Bugis, Syaharuddin bahasa Makassar, sedang Elvira bahasa Toraja.
Penulis merasakan bagaimana emosi puluhan anak-anak ini terkuras setelah memilih satu dari enam tema yang disiapkan panitia. Rata-rata belia itu menarik napas panjang karena baru melihat pilihan topik yang tak mereka latihkan di daerah.
“Duh…” keluh salah seorang peserta saat penulis mendekatinya.
Meski begitu dia cekatan karena langsung dapat lebur dalam suasana kelas mendongeng dan pidato yang riuh di balik dinding pembatas ballroom tak kedap suara.
Cerita pendek dalam mode bahasa daerah bagi anak-anak generasi Alfa ini tentu sangat menarik. Bagaimana berjibaku memilin kata populer dalam imaji mereka untuk diletakkan sebagai deret pilihan kata paling dekat di benaknya.
Menulis cerpen reguler saja tak mudah selesai bila dikerjakan di bawah tekanan. Walakin anak-anak ini menikmatinya, meskipun tak sedikit tepar di karpet. Mereka bak berkecambah sebagai cerpenis muda dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Sembul keriangan saya serasa meluap sebab tunas-tunas penulis muda itu tumbuh dari beragam latar belakang. Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat tak akan kekurangan penulis-penulis berbakatnya. Lomba ini merupa balai tempat mereka melatih imaji dan kekuatan ingatan.
***
Acara ini dilaksanakan di Hotel Novotel Makassar Grand Shayla, berlangsung dari tanggal 3 hingga 5 November 2024. FTBI tahun ini merupakan edisi keempat sejak dimulainya program Revitalisasi Bahasa Daerah. FTBI 2024 mengundang 293 peserta, 28 guru pendamping, serta 16 juri yang terdiri dari pakar bahasa, sastrawan, dan pegiat budaya daerah.
Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Ganjar Harimansyah, yang mewakili Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, menegaskan mengajarkan bahasa daerah kepada generasi muda bukan sekadar menjaga warisan budaya.
“Unesco tahun 2005 yang menyebutkan bahwa anak-anak yang memulai pendidikan mereka dengan bahasa ibu menapakkan langkah awal yang lebih baik dan akan berlanjut untuk berprestasi lebih baik pula dibandingkan dengan mereka yang ketika di sekolah menggunakan bahasa baru,” terang Dr. Ganjar.
“Pembelajaran bahasa ibu menstimulasi otak anak, menuntun mereka berpikir abstrak, dan memudahkan anak-anak menguasai bahasa lain. Penggunaan bahasa ibu sejak dini juga akan menumbuhkan rasa hormat kepada lawan bicara, mengembangkan kecerdasan emosional dan empati, serta memperkuat identitas budaya,” tuturnya.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Balai Bahasa Sulawesi Selatan, Dewi Pridayanti, mengapresiasi seluruh peserta, pendamping, dan juri yang telah mendukung keberlanjutan program Revitalisasi Bahasa Daerah ini.
“FTBI tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan bahasa ibu di kalangan siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur,” ujar Dewi Pridayanti.
“Juara satu atau yang terbaik lomba cerpen bahasa daerahi ni akan dimentoring saat Kemah Cerpen pekan mendatang. Targetnya mereka akan membuat buku antologi cerita pendek,” kata ketua panitia FTBI tingkat SD tahun 2024, Amriani H. S.S., M.A. (*)
Novotel Makassar, 2024