Bias Kesombongan

Oleh: Burhanuddin Hamal, Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar.

PADA dasarnya, paket antara kesombongan vertikal dengan refleksi horisontalnya rawan terjadi dalam kehidupan manusia. Ketidak-sadaran dalam menyandang posisi selaku hamba Tuhan plus mahluk sosial tak jarang berakibat pada fakta-fakta ketidak-patuhan terhadap kewajiban Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Disebut “amar ma’ruf” karena segala yang diperintahkan Tuhan pasti mendatangkan kebaikan ketika manusia melakukannya. Kemudian, disebut “Nahi Munkar” karena semua yang menjadi larangan Tuhan (tak terkecuali kesombongan dalam ragam skala dan kasusnya) pasti berujung bencana ketika manusia melanggarnya.

Perlahan tapi pasti, klimaks dari kesombongan manusia tak hanya berkonsekuensi pada rusaknya moral personal tetapi juga mengancam harmoni sosial. Hal ini tercermin pada percontohan kasus-kasus penentang kebenaran di zaman para Nabi. Tipikal Iblis yang mengeksiskan dirinya lewat prinsip “Ana khairun minhu” (aku lebih baik dari siapa pun) menjadi sumber dari segala jenis kesombongan dan arogansi diri yang sulit dikendalikan. Dalam banyak hal, aktualisasi kehidupan manusia yang tak bersinergi dengan moralitas penghambaan merupakan bukti kongkrit dari kemenangan Iblis yang hasutannya cenderung memperdaya.

Sejalan dengan ini, legenda Mahabarata (Hinduisme) pun menghadirkan peran Basudewa Krisna lewat wejangan filosofisnya “Orang yang meludah ke atas langit hanya akan mengotori wajahnya sendiri”. Tentu saja hal ini menyiratkan pesan penting bahwa kesombongan manusia dalam bentuk apapun, sama halnya “menantang” otoritas kebesaran Tuhan hingga mudharatnya pasti kembali pada dirinya sendiri.

Tak heran bila demi kemaslahatan hidup manusia sebagai tujuan beragama, QS. Al-Isra’: 37-38, mengingatkan “Janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan langkah yang sombong karena puncak dari kesombonganmu tidak akan juga mampu menembus tebalnya lapisan bumi dan mengalahkan ketinggian gunung, semua itu adalah kejahatan yang sangat dibenci oleh Tuhanmu”.

Usikum wanafsi bitaqwallah, Wallahu a’lam bissawab.

Ilustrasi: beritabatam.co