Bahasa Indonesia tentang Ideologi Bangsa, Bukan Sekadar Mata Pelajaran

Oleh: Adi Arwan Alimin (Insight Mandarnesia)

MANDARNESIA.COM, Makassar — “Usaha paling jitu untuk memelihara dan melestarikan bahasa daerah kita, itu sesungguhnya mestinya dari rumah,” ujar Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Dr. Muh. Abdul Khak, M.Si. di Makassar, Jumat (16/2/2024).

Pernyataan penting mengenai upaya pelestarian bahasa daerah itu dikemukakan dalam acara Rapat Koordinasi Antarinstansi Dalam Rangka Perlindungan Bahasa Daerah yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat di Four Points by Sheraton, Makassar.

Samuh ini dihadiri Pj. Sekretaris Provinsi Sulawesi Selatan, Drs. A. Muhammad Arsjad, M. Si. dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan Dr. Ganjar Harimansyah, serta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan se-Sulselbar.

Pertemuan ini menjadi panggung untuk mendiskusikan peran penting bahasa daerah dan Indonesia sebagai bahasa ideologi bangsa ini.

Dr. Muhammad Abdul Khak, M. Hum., Kepala Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia, dalam sambutannya juga mengurai fase pengembangan bahasa Indonesia sejak era Soempah Pemoeda.

“Bahasa Indonesia jangan hanya dipandang sebagai mata pelajaran di sekolah. Itu terdengar amat mudah di masyarakat. Padahal ini harus dipandang sebagai bahasa ideologi kita, karena ini bahasa yang mempersatukan kita,” ungkap Dr. Abdul Khak.

Dari aspek sejarah, Dr. Abdul Khak menekankan bahwa bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga pilar ideologi yang mengikat keberagaman bangsa Indonesia.

Rakor yang digelar ini bertujuan untuk menguatkan pemahaman akan peran bahasa Indonesia dalam memelihara identitas bangsa dan memupuk rasa persatuan.

Acara yang akan berlangsung dari tanggal 16 hingga 18 Februari 2024 ini dihadiri oleh berbagai perwakilan instansi terkait, akademisi, serta komunitas yang peduli terhadap keberlangsungan bahasa daerah.

Kepala Balai Bahasa Sulselbar Dr. Ganjar dalam kesempatan ini juga turut memaparkan sejumlah prestasi yang dicapai Balai Bahasa Sulselbar sepanjang tahun 2022-2023. Diantara mengenai Pembinaan komunitas literasi di Sulsel, dan yang paling prestius masuknya empat sekolah di sekolah 20 sekolah terbaik penerima generasi tergiat UKBI tingkat nasional.

Ganjar juga menyebut kehadiran Sulsel dalam puncak International Mother Language Day (IMLD) 2023, pada 21 Februari 2023 di Unesco, Headquartes, Paris.

“Untuk mewujudkan semua ini kita terus memerlukan kolaborasi dan sinergitas dengan semua pihak,” urai Ganjar yang tampak memakai iket kepala khas Jawa Barat.

Pj. Sekda Sulsel Andi Muhammad Arsjad pun menyebut bahwa rumah menjadi tempat paling ideal membudidayakan bahasa daerah. Pelestarian pengembangan dan pelestarian bahasa daerah sesuatu yang sangat urgen.

“Ini seharusnya dikerjakan seperti cara kita menangani stunting dan inflasi. Agar kita kita dapat mengarah pada perhatian lintas sektor dan gerakan lebih besar untuk pengembangan bahasa daerah dan bahasa Indonesia menjadi hal lebih prestisius bagi daerah,” ujar Muhammad Arsjad.

Di sisi lain tantangan pelestarian bahasa daerah antara lain disebabkan perkembangan informasi teknologi yang terus maju saat ini. “Benar sekali bahwa upaya menjaga dan mengembangkan bahasa daerah memang harus dimulai dari rumah. Bila ini dapat optimal, sekolah dan pemerintah daerah akan sangat terbantu,” ujar Syarifuddin, S. Pd. M.Si Kabid Pembinaan SD Diknas Kota Palopo di sela acara.

Hal penting lainnya yang disebut Muh. Abdul Khak, kian berkembangnya pengetahuan bagi masyarakat Indonesia saat ini dalam banyak profesi dan keilmuan dan pergaulan internasional makin memerlukan daya ungkap dan peristilahan. (*)