Reporter: Busriadi Bustamin
MAMUJU, mandarnesia.com-Prof. Dr. Gufran Darman Dirawan, M.EMD resmi dilantik sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat. Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan berlangsung di Lantai I Kantor Gubernur Sulbar, Rabu (14/10/2020).
Prof. Gufran usai acara pelantikan mengatakan, salah satu langkah yang akan dilakukan dalam mengemban amanah sebagai Kepala Disdikbud Sulbar dengan cara meningkatkan kompetensi guru dan peserta didik. Standar kompetensi guru bisa dilakukan dengan dua hal.
“(Pertama), kebetulan saya menjadi bagian dari proses ketika terbitnya sertifikasi guru. Jadi saya yang membangun sistem itu tahun 2006. Nah, ketika dibangun sistem itu kita masih sering mendapatkan daerah-daerah afirmasi. Afirmasi itu begini, sudahlah gurunya sudah tua, kasihlah tunjangan sertifikat,” kata Prof. Gufran, mantan Pembantu Rektor IV UNM ini.
Katanya, secara kemanusian, benar. Tapi yang dibutuhkan sebenarnya adalah generasi harus dibuat dan didukung oleh guru yang mempunyai kualitas dan kompetensi yang baik pula. Tanpa itu, negara ini tidak ada apa-apanya.
“Karena penjajahan secara ekonomi sudah kelihatan sekali. Nah sekarang kita tidak mau itu. Sekarang kita persiapkan generasi baru. Bagaimana generasi baru ini kemudian akan menjadi pendobrak bisa merubah ini. Makanya kita punya target Indonesia emas 2045 harus diwujudkan. Cara mewujudkan itu harus meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru. Tanpa itu tidak akan bisa apa-apa,” jelasnya.
“Kedua, pada tahun 2019 saya menjadi bagian dari sebuah proses dengan Bank Dunia untuk meningkatkan kualifikasi guru untuk merubah yang sekarang ini. Kami dikirim selama seminggu untuk berlatih mengajar di Singapura. Pilihannya mengapa Singapura? Karena Singapura pendidikan terbaik kedua di dunia. Dan itu memang sangat luar biasa,” sambungnya.
Bisa dibayangkan, seorang anak SMP di Singapura memang sudah melakukan apa yang disebut dengan project based manajemen. Jadi dia sudah tahu. Apa kebutuhannya dan sebagainya. “Jadi ketika itu, mereka kumpul dalam kelas. Anak-anak dibagi dalam kelompok. Mereka mendiskusikan apa yang mereka butuhkan. Mereka menciptakan apa yang mereka butuhkan. Kebetulan waktu itu kelompok perempuan terdiri dari tiga perempuan suka robot anjing dan kucing, akhirnya mereka itu buat robot anjing dan kucing. Kewirausahaanya dibentuk dari situ, kemudian mereka pasarkan. Jadi betul-betul pendidikan sangat luar biasa. Sangat komprehensif,” tutur Prof. Gufran.
“Jadi ketika mereka sudah masuk di level SMA kelas satu, mereka sudah tahu mau ke mana. Mereka sudah tahu apa yang mereka kembangkan. Sudah tahu usaha apa yang akan mereka jalani. Mereka sudah tahu bagaimana merancang usaha. Itu SMA kelas satu. Jadi bisa dibayangkan hanya pulau kecil, air saja mereka impor dari Malaysia, tapi mereka bisa menjadi negara sangat luar biasa. Kenapa? Karena kemampuan inovasi dan kreativitas yang dibentuk sejak sekolah menengah. Nah sekarang mengadopsi dari situ, kita mau bangun Sulbar jadi pilot project.” Tutupnya.