Aswar: Media Penyiaran Harus Memiliki Komitmen pada Publik

Reporter : Busriadi Bustamin

Polewali, mandarnesia.com — Media penyiaran menggunakan frekuensi milik publik. Kehadirannya harus disertai komitmen dalam melakukan literasi bagi publik.

Hal tersebut dikemukakan Komisioner KPI Pusat Aswar Hasan dalam paparannya pada Webinar bertajuk “Literasi Media dan Daya Dukung Lembaga Penyiaran Lokal”, yang dilaksanakan Forum Masyarakat Peduli Media (FMPM) bekerjasama dengan Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam (IAI) DDI Polman, Sabtu (25/07/2020) siang.

Menurut Aswar, literasi dalam perspektif media penyiaran itu penting, mengingat sifatnya yang wajib.

“Karena frekuensi yang digunakan itu adalah milik publik. Dia dipinjamkan melalui proses administratif melalui KPI atau KPID, sehingga sebenarnya frekuensi yang digunakan oleh media penyiaran sebenarnya bersifat pinjaman. Nah, olehnya itu harus digunakan semaksimal mungkin demi kepentingan masyarakat,” jelasnya. Inti dari literasi itu, lanjut Aswar, bagaimana menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat.

“Sehingga informasi yang disiarkan oleh media itu dapat dicerna dan dimanfaatkan secara baik bagi kepentingan masyarakat itu sendiri,” ungkapnya.

Senada yang dikatakan Wakil Ketua DPRD Sulbar Usman Suhuriah. Menurutnya, literasi saat ini memang menjadi kebutuhan di tengah kesimpangsiuran informasi.

“Hakekat dasar dari literasi media itu memang hadir untuk mengedukasi para pendengar atau pembaca di dalam hal-hal, apapun yang berkaitan dengan informasi ini,” kata Usman.

Direktur Fajar TV Makassar Muhammad Yusuf AR yang juga tampil sebagai narasumber membenarkan, hingga saat ini defenisi literasi media masih lebih dominan sasarannya diarahkan pada pemirsa atau pendengar. Padahal baginya, literasi juga sangat penting bagi pekerja media yang merupakan pihak yang justru bertanggung jawab terhadap produksi medianya.

“Yang harus diedukasi adalah pekerja media. Kita sudah terlalu lama percaya dan sangat percaya pada media bahwa media adalah sumber informasi seluruhnya baik dan bermanfaat bagi orang lain dan bagi kita,” tutur Yusuf.

Padahal, kata dia, kenyataannya tidak seperti itu. Terutama setelah era reformasi, di mana begitu banyak bermunculan pekerja media, dan bahkan media itu sendiri yang menjadi sangat mudah untuk dibuat. (Lanjut ke Halaman 2)