Inilah yang menjadi kelebihan dari Annangguru Syahid, dibandingkan dengan Kiai-Kiai lainnya yang ada di Pambusuang.
Dalam proses perjalanan pembelajaran ilmu baca kitab kuning atau kajian kitab kuning, sejak awal dalam belajar mengkaji kitab kuning, Annangguru Syahid juga sering mengikuti pengajian di berbagai masjid di Pambusuang yang dibawakan para Annangguru senior.
Seringkali ada bacaan-bacaan yang sulit dipecahkan atau sulit diterjemahkan, sehingga Kiai yang membawakan materi pengajian meminta pendapat Annangguru Syahid yang ketika itu masih sangat muda, dapat memberikan jawaban atau memecahkan masalah yang sulit dipecahkan oleh Annangguru yang membawakan pengajian.
Penguasaan Annangguru Syahid terhadap ilmu-ilmu dalam membaca kitab, seperti Nahwu, Sharaf, balaga, ilmu arud atau ilmu tentang syair arab, itu sangat matang dalam penguasaan Annangguru Syahid.
Salah satu ilmu yang masih minim di kaji para Annangguru di Pambusuang adalah ilmu arud atau ilmu tentang syair arab, ilmu ini memang langka karena tidak terlalu besar peranannya dalam proses pembacaan kitab kuning.
Hampir seluruh Annangguru di Pambusuang kurang memperhatikan ilmu ini, karena tidak terlalu punya peran dalam proses pembacaan kitab seperti halnya ilmu nahwu dan ilmu Sharaf. Disinilah kelebihan dari Annangguru Syahid karena dia dapat menguasai ilmu ini sama dengan ilmu-ilmu lainnya.
Dalam konteks Pambusuang sejak dulu sampai sekarang kebanyakan Annangguru lebih tertarik dengan mengkaji kitab-kitab fiqh, karena ilmu lebih terkait langsung dengan persoalan-persoalan yang banyak muncul di masyarakat, dan terkait dengan cara-cara peribadatan sehari-hari.
Annangguru Syahid sejak awal mendalami kajian kitab kuning memang lebih banyak mengkaji kitab-kitab fiqh, dan itu juga ciri khas ulama-ulama atau Annangguru di Pambusuang yaitu sangat tertarik dengan ilmu fiqh.
Di masjid Pambusuang dari dulu sampai sekarang, menjadi tempat kajian-kajian agama dengan referensi kitab kuning dan membahas berbagai ilmu.
Kebanyakan para Annangguru yang mengajar di masjid Pambusuang menggunakan referensi kitab-kitab klasik, mulai dari materi fiqh, hadis, tafsir, dan tasawuf.
Annangguru Syahid membawakan pengajian di masjid ini, dia mengajarkan kitab fiqh klasik yakni Fathul Mu’in, kitab ini adalah kitab rujukan di seluruh Pesantren tradisional di Indonesia, termasuk di Pambusuang menjadi bacaan wajib yang dibaca para Annangguru-annangguru terdahulu.