Catatan: Firdaus Thobelulu
RAUNGAN motor memecah keheningan pagi, mengawali petualangan kolaborasi yang tak biasa. Lima komunitas berbeda: JPEG Sulbar dengan bidikan artistiknya, Komunitas Pecinta Alam (KPA) Anoa dengan semangat konservasinya, Mamuju Kreatif yang haus inspirasi, Anak Petualang dengan jiwa eksplorasinya, dan Senyawa Fotografi yang mengabadikan setiap fragmen perjalanan.
Kami bersatu padu meninggalkan hiruk pikuk Kota Mamuju. Tujuan kali ini sebuah permata tersembunyi di belantara Kabupaten Mamasa, air terjun Sambabo.
Jalanan mulus membentang dari Mamuju hingga Kecamatan Mambi seolah menyambut kedatangan kami dengan ramah. Namun, semakin dekat dengan jantung Desa Ulumambi, Kecamatan Bambang, Kabupaten Mamasa, tantangan mulai menghadang.
Makin jauh rute, aspal mulai berganti dengan permukaan berlubang, kerikil-kerikil tajam yang menguji ketangguhan ban motor, serta tanjakan dan turunan curam yang memacu adrenalin. Beberapa pengendara terlihat kesulitan menaklukkan tanjakan. Motor mereka sesekali tersendat karena medan kian berat.
Namun, semangat petualangan tak surut. Dengan kegigihan, setiap kendaraan roda dua yang membawa perlengkapan camping dan bekal petualangan akhirnya berhasil mencapai titik parkir terakhir, saat malam mulai menyambut, Jumat 11 April 2025.
Perjalanan lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jalan setapak curam langsung menyambut. Di ujung penurunan, suara gemuruh air semakin jelas terdengar, mengisyaratkan penantian sang primadona. Namun, sebelum keindahan itu tersaji sepenuhnya, kami harus berhadapan dengan tantangan berikutnya.
Sungai Sambabo. Airnya mengalir deras, disertai sedikit keruhnya tanah akibat hujan di hulu. Jembatan bambu yang dulunya menghubungkan kedua sisi sungai kini tinggal kenangan, rubuh diterjang derasnya arus. Malam yang pekat memaksa kami mengandalkan cahaya senter untuk menyeberangi sungai ini. Dengan hati-hati dan saling membantu, kami berhasil mencapai seberang.
“Di tempat ini kita mendirikan tenda untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk petualangan esok hari,” ucap Hardjun dari KPA Anoa, mengakhiri perjalanan malam itu.
Sabtu 12 April 2025, mentari pagi menyapa dengan hangat. Setelah beres-beres dan menyantap sarapan sederhana, perjalanan menuju Sambabo yang sesungguhnya dimulai. Tanjakan terjal langsung menghadang, menguji fisik dan mental.
Namun, rasa lelah sirna ditelan pemandangan sekitar yang memesona. Hamparan hijau pegunungan, udara segar yang merasuk paru-paru, menjadi penyemangat di setiap langkah.
Setelah tanjakan curam terlewati, jalur mulai melandai, membawa kami melewati rimbunnya kebun kopi. Aroma khas biji kopi yang sedang berbuah sesekali tercium, menambah keunikan perjalanan ini. Meski sesekali tanjakan kembali merintang, suara gemuruh air terjun yang semakin mendekat menjadi penawar lelah yang mujarab. Dari sela-sela dedaunan, siluet air terjun mulai terlihat, membangkitkan rasa takjub dan penasaran.
Dan akhirnya, keindahan Air Terjun Sambabo tersaji di depan mata. Sebuah maha karya alam yang luar biasa tingginya, mungkin lebih 100 meter, menjulang gagah seolah menyentuh langit. Airnya yang dingin dan jernih bagai kristal, meluncur deras dari ketinggian, menciptakan tirai air yang memukau.
Suara gemuruhnya bagai orkestra alam yang menenangkan dan menyejukkan jiwa. Kami mendongak hingga hampir 90 derajat, terpukau oleh keagungan air terjun ini. Percikan air yang menyegarkan terasa bagai sentuhan lembut alam, menghilangkan jejak lelah perjalanan yang kami tempuh.
Setiap anggota komunitas kembali menemukan caranya sendiri untuk mengagumi keindahan Air Terjun Sambabo. Lensa kamera mengabadikan setiap detail, dari jatuhnya air yang membentuk buih putih, hijaunya vegetasi di sekeliling tebing, hingga ekspresi kekaguman yang terpancar dari wajah setiap petualang.
KPA Anoa tak hanya menikmati keindahan, tetapi juga mengamati dan meresapi pentingnya menjaga kelestarian alam sekitar.
Mamuju Kreatif kembali menemukan sumber inspirasi baru, mungkin untuk sebuah karya seni yang akan menceritakan eindahan Sambabo. Anak Petualang dengan riang menikmati kesegaran air bahkan ia berperan sebagai pilot drone merekam setiap sudut penjuru Air Terjun Sambabo, ia juga sesekali bermain di antara bebatuan, merasakan langsung sentuhan alam yang murni.
Sementara Senyawa Fotografi terus bergerak, mencari sudut pandang unik untuk mengabadikan momen-momen kebersamaan di tengah keindahan alam.
Perjalanan menuju Air Terjun Sambabo memang tidak mudah. Rutenya yang menantang, sungai yang deras, dan tanjakan yang menguras tenaga menjadi bagian dari cerita petualangan kolaborasi kali ini. Namun, semua kesulitan itu terbayar lunas ketika keindahan air terjun Sambabo menyapa.
Sambabo bukan hanya sekadar air terjun, tetapi sebuah simbol keindahan alam Mamasa yang tersembunyi, sebuah hadiah bagi mereka yang berani menaklukkan tantangan untuk mencapainya. Kolaborasi antar komunitas ini bukan hanya tentang menikmati keindahan alam bersama, tetapi juga tentang menguji batas kemampuan, mempererat persahabatan, dan menciptakan kenangan tak terlupakan di jantung Sulbar.
“Sambabo telah kami daki, keindahannya telah kami saksikan, dan ceritanya akan terus kami bawa dalam setiap langkah petualangan selanjutnya,” imbuh Hardjun. (*)
/Narasi dan foto telah mendapat izin dari akun FB Firdaus Thobelulu