Oleh Adi Arwan Alimin
Halaman yang menjorok panjang itu, Kamis (14/9) malam menampung puluhan tetamu. Acara Malam Baca Puisi “Merawat Ingatan…” yang dibesut Lingkar Sastra September (eLSas) disokong latar rumah khas Mandar milik almarhum Arifuddin Toppo, mantan Kadiknasbud Provinsi Sulawesi Barat di seputaran Bulutakang, Rangas Mamuju.
Tidak kurang 40 orang undangan memadati samuh di bawah tumbak layar rumah berkesan klasik ini. Malam baca puisi ini digelar tanpa spanduk sebagaimana acara formal, di sudut halaman berumput dua lampu sorot membuat suasana benderang. Meski tak menyebar undangan konvesional, kecuali bentuk flyer puluhan orang dari berbagai kalangan berdatangan dan bertahan hingga jam 23.30.
Salah satu penggagas acara Drs. Farid Wadji menyebut, malam baca puisi tersebut dimaksudkan untuk mengambil bagian dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Barat ke-19. “Bahwa agenda HUT itu memang tidak hanya miliki pemerintah, jadi komponen masyarakat dapat pula berpartisipasi. Panitia menyiapkan puisi ‘founding father’ Sulawesi Barat untuk dibacakan oleh undangan,” ujar Farid Wadji, yang juga Kepala BPSDM Sulawesi Barat, Kamis malam. Farid menyuguhkan puisi Husni Djamaluddin berjudul “Bulan Luka Parah”.
Salah satu tokoh pejuang pembentukan Provinsi Sulawesi Barat Dr. Jamil Barambangi pun hadir. Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Panitia HUT Sulbar tahun ini, mantan Ketua KPU Provinsi Sulbar itu menguraikan urgensi untuk merawat ingatan pada hasil perjuangan hingga menjadi sebuah daerah otonomi baru.
“Sulawesi Barat ini bukanlah hadiah, namun hasil pergumulan ide para penggagas, dan elemen pejuang yang sangat luar biasa. Sulbar ini tidak hanya diperjuangan dengan keringat, tetapi juga tetes darah. Sulbar harus kita jaga bersama-sama karena ini merupakan perjuangan kolektif semua elemen, saya berharap generasi muda saat ini dapat mengingat ini dengan baik,” urai Dr. Jamil seraya menekankan sungguh banyak tokoh pejuang dengan perannya masing-masing yang terus berharap agar visi Sulbar Malaqbiq dapat dijaga secara elegan.
Jamil pun mengisahkan sebuah insiden kecelakaan bus Pansus Sulbar yang saat itu menuju Polewali dari Makassar, namun mengalami kecelakan beruntun di Parepare. Jamil termasuk diantara lima penumpang yang harus dirawat intensif di rumah sakit. Dia juga menerangkan peran besar yang telah ditunjukkan ‘Bapak Pembangunan’ Sulbar Anwar Adnan Saleh yang kemudian menjadi gubernur dua periode di Sulbar.
“Saya dapat bersaksi bahwa beliau tokoh yang sangat menentukan, yang hadir dan berkomitmen penuh ketika perjuangan mengalami kebuntuan serius. Almarhum pak Husni Djamaluddin bahkan mengatakan, pak Anwar itu ibarat seseorang yang datang mengisi bahan bakar ketika mobil sedang mogok. Pak Anwar secara materi telah memberikan sangat banyak sekali, beliau memang bergabung dalam kondisi perjuangan yang sedang membutuhkan sosok seperti dia, kita juga mengenal peran Haji Zikir dan tokoh lainnya dari sisi pendanaan.”