19 Tahun Sulbar, Masihkah Engkau Tanah Airku

Jamil menyebut, ingatan atas proses perjuangan Sulbar perlu diterangkan lebih utuh dalam tulisan atau buku yang komprehensif. Semalam Jamil Barambangi membaca puisi karya Husni Djamaluddin berjudul, “Indonesia, Masihkah Engkau tanah Airku”. Sebagai mantan juara pidato era mahasiswa di Makassar Jamil piawai mengeksplor intonasi dan penghayatan dari puisi populer itu. 

Unsur warga yang membaca puisi Muhammad Bysri membacakan Bulan dan Khairan, karya Husni lainnya yang ditulis di Makassar tahun 1979. Juga ada Dr. Amran HB yang ikut membacakan puisi di bawah ini:

Penulis membacakan puisi “Apa Kabar Perempuan Mandarku”. Hadir pula Ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Sulbar, Khairul Nurul Islam membacakan puisi, pemegang dua gelar megister ini menyuguh puisi Husni bertajuk “Kau, Aku dan Waktu”, sedang Ihsan salah seorang aktivis mahasiswa Unika membawakan puisi bertema tokoh sufi perempuan bernama Rabi’ah al-Adawiah. Tuan rumah Nurul Fibrianti Arifuddin menutup acara sambil membaca puisi karya Husni yang lainnya, Saat-Saat Terakhir Muhammad Rasulullah.

Malam baca puisi Kamis malam yang digelar bakda Isya itu berakhir dengan satu pesan penting, Sulawesi Barat ini harus terus dirawat agar tetap tumbuh sebagai Provinsi Malaqbiq. Kondisi sosial yang mengemuka dan mendera bekas Afdeling Mandar akhir-akhir ini harus dijadikan introspeksi para pihak. Agar cita-cita perjuangan pembentukan Sulawesi Barat yang  berkeadilan, makmur dan bebas KKN tidak jauh panggang dari api.

Semalam penulis memantik hal, bagaimana bila slogan penting pada logo provinsi “Millete Diatonganang” itu diganti menjadi “Makkeqdeang Atonganang” saja. Riuh masalah yang bertubi-tubi merubung daerah ini dari berbagai sisi menjadi diskusi serius di berbagai format digital, apatah berupa media sosial atau sarana internal komunitas seperti percakapan instan WA. Ada perasaan seolah jengah ketika Sulbar mendekati dua dekade.

22 September 2004 silam di Hotel Sahid Jakarta, founding father Husni Djamaluddin mengatakan, “Saya menyebut provinsi ini sebagai Provinsi Malaqbiq!” Tokoh yang kali pertama memopulerkan istilah ini bagi Sulbar. Pesan itu, amat jelas lahir pada kontemplasinya yang panjang dari sauk sosio-budaya Orang Mandar.

Bagi Profesor Darmawan Masud Rahman, Malaqbiq dalam pendekatan tata dan manajemen pemerintah mengandung makna, cakapnya (Pau) Perencanaan, (Gau) Pelaksanaan, dan (Kedzo) Evaluasi. Lalu bagaimana merasainya sejauh ini. Masihkah berjalan sesuai cita-cita perjuangan? Tabik! (*)