Oleh: DR. Aco Musaddad HM, Langsung dari Turki
CL.Cahen dan Goodwin dalam Historic Cites of the Islmaic World menerangkan, Konya mencapai puncak kegemilangannya sejak diperintah Dinasti Seljuk. Pada abad ke- 13, kota tersebut menjadi pusat peradaban Persia Islam di tengah situasi ancaman serangan bangsa Mongol.
Jalaluddin Rumi (1227-1273 M) kini disemayamkan di Kota Konya bersama kerabat dan pengikutnya yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di kota ini.
Makam ini berada di tengah – tengah Kota Konya. Kota terbesar ke-5 di Turki yang masuk dalam wilayah Propinsi Anatolia. Kota ini sangat bersejarah karena pernah menjadi Ibukota Dinasti Saljuk dan kemudian menjadi pusat peradaban Islam Persia sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Letak Kota Konya tidak jauh dari wilayah Kurdistan, dan dekat dengan perbatasan Turki-Suriah-Irak. Makam Jalaluddin Rumi di sebuah kompleks Mevlana Museum (Mevlana adalah sebutan singkat bagi nama Rumi) memasuki kompleks pemakaman ini terasa kita berada pada abad ke XIII karena didukung oleh arsitektur yang masih terpelihara dengan baik.
Pada kompleks pemakaman terdapat madrasah yang kemudian diubah menjadi Mevlana Museum Rumi. Sama halnya dengan kompleks pemakaman para Walisongo di Indonesia yang dijadikan sebagai wisata religi, dikunjungi oleh para peziarah dan di sekitar pemakaman dijual souvernir yang berhubungan dengan makam wali tersebut.
Demikian pula Makam Jalaluddin Rumi, di sekitar makam sangat mudah ditemukan souvernir maupun buku tentang sang Sufi Jalaluddin Rumi.
Memasuki makam diwajibkan pengunjung untuk melapisi sepatu dengan plastik. Di awal pandemi pemakaman ini ditutup untuk umum dan kembali dibuka pada tahun 2022, saat ini banyak peziarah dari berbagai negara mengunjungi makam sang sufi. Yang unik dari makam ini karena di dalam makam diperdengarkan musik sufi dan terpajang mushaf Al-Qur’an mulai dari abad ke XIII – XIV yang masih utuh.
Tepat di depan bangun makam terdapat museum yang langsung dapat dikunjungi oleh peziarah.
Rumi sangat terkenal dengan ajaran cintanya, dalam perspektif Rumi, cinta bersama keindahan dan suka cita yang mengiringinya merupakan jantung dan sumsum agama, tema sentral mendorong spiritualitas. Hampir di semua karyanya, Rumi memperbincangkan tentang keistimewaan cinta dengan berbagai ungkapan metaforis. Sebab cinta merupakan ranah pengalaman jiwa manusia amat agung, yang tidak bisa diurai ke dalam kata-kata.
Bahasa manusia terlalu miskin untuk mewakili pengalaman indah cinta.
Saya belajar tentang Rumi sejak masih kuliah dan baru kali ini saya mendapatkan kesempatan untuk ziarah langsung ke makam Sang Sufi yang memiliki pengikut di berbagai belahan dunia. Ia mengajarkan ada dua macam bentuk cinta; Cinta Imitasi (Isyq Majazi) dan cinta sejati (Isyq Haqiqi).
Kini sang sufi telah tiada tapi ajaran dan pengagumnya berteberan di belahan bumi terbukti makamnya selalu ramai dikunjungi, dan karya-karyanya menjadi literatur di berbagai perguruan tinggi baik di Barat maupun di Timur.