UAS: Sisakan Air Mata untuk Menghadapi Sakratulmaut

Oleh: Adi Arwan Alimin

JUMAT malam terasa amat sesak. Jalan Yos Sudarso yang menampung pelataran spot Pantai Manakarra dijejaali puluhan ribu orang. Warga Mamuju dari berbagai wilayah seperti tumpah memenuhi ruas-ruas jalan. Petugas keamanan harus berjibaku mengatur dan mengarahkan arus pengunjung yang mengalir pada satu titik.

Bupati Mamuju Sutinah Suhardi menyebut kedatangan UAS telah cukup lama dinantikan warga Mamuju. “Semoga kehadiran beliau makin meningkatkan keimanan dan ukhuwah Islamiyah. Penduduk Mamuju sebanyak 285 ribu jiwa, hampir semua agama di Indonesia, ada di Mamuju. Mamuju ini sering disebut Indonesia mini,” sambutnya dalam tahapan ribuan pasang mata, Jumat (5/7).

Bupati perempuan ini menekankan bahwa masyarakat Mamuju selalu dapat hidup rukun dan damai, dan saling menghargai. “Layanan birokrasi juga menunjukkan hal positif, dan program yang seimbang. Kami pun memiliki program satu desa satu rumah Quran, ini masih berjalan,” jelasnya di depan UAS, dan ayahnya Suhardi Duka yang merupakan anggota DPR RI. Sekda Provinsi Sulbar juga tampak duduk bersaf di stage dari konstruksi besi itu.

Walaupun materi ceramah UAS dalam Tablig Akbar kerap telah didengar via televisi atau Youtube namun antusias warga mengalahkan rasa penasaran dan kerinduan mereka pada ustadz kondang ini. Untuk dapat duduk paling dekat dengan panggung, sebagian jemaah telah membuat bloking area sejak pagi hari. Sementara UAS datang dalam kawalan ketat bakda shalat Isya. UAS pun mulai berbicara sekitar jam 21.00 Wita.

“Siapa yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, Dia yang Hijrah 1400 tahun lalu,” buka UAS di hadapan jamaah yang setia duduk bersila di pelataran marmer. Ribuan lainnya patuh berdiri sambil menggunakan smartphone untuk mengabadikan momen spesial itu.

UAS menyampaikan beberapa materi penting perihal kekuatan iman dan pentingnya terus menjaga silaturahmi sesama anak bangsa. Menurutnya sambil mengutip hadist, siapa yang ingin berumur panjang hendaknya menjaga silaturahminya.

UAS juga menyinggung agar setiap warga Mamuju memberi perhatian besar pada kehidupan anak-anak yatim piatu yang ada di sekitarnya. “Kita harus gemar bersedekah, dan menyantuni anak-anak yatim,” tegasnya dalam langgam yang khas sebagai profesor berdarah Melayu. Dia memberi apresiasi besar pada program Bupati Mamuju: Satu Desa Satu Rumah Quran.

“Alam Mamuju ini amazing…” pujinya pula.

Selamat 60 menit lebih UAS mampu memberi pengajian yang kadang disertai guyonan namun selalu ditutup atau disimpulkan dalam retorika memikat. Metode dakwah UAS ini memiliki kekhasan, kekuatan narasi juga metafora yang selalu disesuaikan pada audiens yang dihadapinya. Maklum hampir setiap hari UAS bertemu hadirin dalam beragam latar belakang.

UAS pun menyampaikan simpati pada kekuatan jiwa dan kebersamaan warga Mamuju yang melewati dua bencana pada tahun 2021 silam, yakni Covid 19 dan gempa bumi 6,2 SR yang menghancurkan ratusan rumah dan infrastruktur pemerintah kabupaten dan provinsi. “Kalau bukan karena keimanan, kita semua tidak akan pernah mampu melewati ujian itu. Tapi karena kita orang beriman, kita dapat menerima ini sebagai ujian.”

UAS lalu menutup Jumat malam di Mamuju yang dinaungi cuaca amat bersahabat, walaupun Jumat sore sebelumnya kota ini diguyur hujan lebat.

“Simpanlah sebagian air mata kita untuk menghadapi sakratulmaut…” simpul Prof. H. Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Ph.D., Datuk Seri Ulama Setia Negara, seorang da’i atau penceramah dari Indonesia yang fokus pada bidang ilmu hadis dan fikih ini.

Dalam lantunan merdu pesan agama acara ini berakhir sekitar pukul 22.30, ribuan jamaah pulang, mereka kembali meluberi jalanan sekitar Pantai Manakarra. Tablig semalam seolah oase atas dahaga untuk ilmu agama yang harus disauk lebih dalam… (*)