Keberhasilan Riset dan Inovasi Tergantung “Triple Helix”

Mandarnesia.com — Kesenjangan antara hasil penelitian dan kebutuhan masyarakat menjadi isu mengemuka dalam aktivitas riset dan inovasi di Indonesia. Peran triple helix yakni akademisi, industri, dan pemerintah mempengaruhi proses keberhasilan inovasi.

Hal ini perlu menjadi perhatian agar kerjasama antar ketiganya bisa menghasilkan inovasi teknologi yang hasil penelitiannya benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk lebih mengenalkan hasil penelitian kepada publik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Penelitian Teknologi Mineral (BPTM) akan menyelenggarakan “Pekan Teknologi Mineral 2018” dengan tema Memantapkan Kemandirian Teknologi Mineral untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Nasional pada Selasa, 25 September 2018 di Tanjung Bintang, Lampung Selatan.

“Pada saat ini konsep triple helix yakni kerjasama antara akademisi, industri dan pemerintah telah banyak digunakan negara maju untuk membantu memecahkan masalah pembangunan dan mencapai kemandirian teknologi,” ungkap Pelaksana Tugas Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Yan Rianto dalam siaran pers lipi.go.id.

Yan menjelaskan, kemandirian teknologi menjadi salah satu hal penting untuk dicapai Indonesia dalam era Revolusi Industri 4.0 yang menjadikan penguasaan iptek sebagai elemen pentingnya.

“Untuk mencapainya kita harus mampu menguasai teknologi terlebih dahulu. Agar teknologi dapat dikuasai, maka masyarakat harus dapat menggunakannya dan tentunya bermanfaat untuk mereka,” jelas Yan. Menurutnya, perlu sarana dan kegiatan khusus yang mengenalkan hasil riset dan iptek pada stakeholder.

Kepala BPTM LIPI, Driszal Fryantoni menjelaskan, sejak dua tahun sebelumnya BPTM telah menggelar kegiatan diseminasi hasil penelitian lewat Pekan Teknologi Mineral pada tahun 2016 dan 2017. “Kegiatan ini dilakukan agar memberikan informasi secara lebih jelas kepada stakeholder tentang penelitian kami dan diharapkan ada feedback positif seperti kerjasama penelitian dengan akademisi, birokrasi dan pelaku industri,” terangnya.

Driszal mengungkapkan, tidak hanya diseminasi penelitian yang ditonjolkan dalam acara ini tetapi juga pembinaan industri kecil dan menengah agar mereka bisa meningkatkan daya saingnya melalui hasil riset. “Kemandirian teknologi bisa dicapai bila pengguna teknologi seperti industri kecil dan menengah paham bagaimana meningkatkan daya saing dan produksinya dengan bantuan teknologi hasil riset kami,” terangnya.

Pekan Teknologi Mineral 2018 akan berlangsung mulai tanggal 19 September sampai 5 Oktober 2018 dengan berbagai kegiatan seperti Pameran Teknologi Mineral, Perkemahan Ilmiah Remaja Mineral, Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional, dan science show. Pekan Teknologi Mineral 2018 direncanakan akan dibuka oleh Gubernur Provinsi Lampung dan Bupati Lampung Selatan pada Selasa, 25 September.

“Pengunjung juga akan diajak untuk kunjungan ke lab Hidro Elektro Metalurgi, Piro Metalurgi dan non logam dan diajarkan bagaimana mendemonstrasikan alat penelitian pada setiap lab. Hal ini agar pengunjung memahami bagaimana proses penelitian kami,” tutup Driszal. (sp/lipi)

Foto: Wakyuntink