Soal Sejarah Mandar, Disbudpar Majene Bangun Kerjasama dengan BRIN

MANDARNESIA.COM, Majene — Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majene, Rustam Rauf menerima para peneliti dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) di kantornya 18 Oktober 2022. Dalam pertemuan tersebut, hadir rombongan peneliti dari BRIN dipimpin oleh Muhammad Amir bersama Budianto Hakim bersama sejumlah peneliti ahli lainnya antara lain Bahtiar, Abdul Asis didampingi oleh para pemerhati sejarah dan budaya diantaranya Tammalele dan Muhammad Munir.

Untuk diketahui BRIN adalah Lembaga yang didirikan oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2019 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional yang bertugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang teritegrasi.

Di dalam menjalankan tugas tersebut, BRIN awalnya menjadi satu kesatuan dengan kemeterian Riset dan Teknologi (Kemenristek), namun dalam perjalanannya Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2021 pada tanggal 5 Mei 2021.

BRIN kemudian menjadi satu-satunya badan penelitian nasional yang menghimpun semua potensi yang ada di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), BATAB (Badan Tenaga Nuklir Nasional), LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional),

Kehadiran para peneliti ahli dari BRIN di Mandar ini adalah dalam rangka riset untuk mengungkap Pusat Amara’diangan di Pitu Ba’bana Binanga, Penguatan Identitas. Kebhinekaan dan Kemaritiman Mandar. Riset ini telah berjalan dari tanggal 7 sampai 19 Oktober 2022 dengan konsentrasi di dua tempat, yakni Balanipa dan Sendana.

Hal tersebut di atas disampaikan oleh Muhammad Amir kepada Kepala DinasKebudayaan dan  Pariwisata Kabupaten Majene.

“Kami berada di Mandar dalam rangka merekonstruksi dan menjelaskan letak pusat Amaraqdiang (Kerajaan) Balanipa dan Amara’diang Sendana pada awal berdirinya hingga masuknya Islam di Mandar, termasuk tentang pemindahan pusat pemerintahan kedua amara’diang itu dari pedalaman ke pesisir pantai atau muara sungai,” jelas Muhammad Amir, peneliti yang banyak menulis tokoh Mandar.

Sementara itu, Budianto Hakim juga berkesempatan menyampaikan hal penting yang mesti dikawal secara koletif, bahwa ke depan, ada banyak situs yang mesti diselamatkan karena itu adalah tinggalan sejarah dan merupakan aset pemerintah daerah.

Dalam kesempatan yang sama, Rustam Rauf menyampaikan ucapan terima kasih kepada BRIN atas upayanya menggali sejarah Mandar mulai dari aspek sejarah, arkeologi dan antropologi. Ia bahkan berharap ke depan, pihaknya bisa bekerja sama dengan BRIN untuk merekonstruksi dan menemukan kembali jejak peradaban Mandar khususnya yang ada di Majene.

“Kami mengharapkan bantuan bapak-bapak agar program seperti ini juga melibatkan Pemda Majene. Nanti kita sharing anggaran dalam kegiatan ini. Pak Bupati pasti akan merespon baik kegiatan penting ini,” harap Rustam.

 Rustam juga menyampaikan bahwa tahun ini, akan membenahi pemakaman Belanda di Majene dan selanjutnya akan membenahi sejumlah pemakaman para raja di beberapa daerah termasuk di Sendana dan lainnya. (Rilis/WM)