Sedini Mungkin Waspadai Pengajaran Radikalisme

Sedini Mungkin Waspadai Pengajaran Radikalisme -
Sekretaris FKPT Sulawesi Barat, Ashari Rauf. Foto: Ist

MAMUJU — Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat mengingatkan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat Sulbar agar mewaspadai gelagat pengajaran bermuatan radikalisme di sekolah-sekolah.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris FKPT Sulawesi Barat, Ashari Rauf, saat diundang dalam sebuah acara diskusi, Senin (10/4) kemarin.

Menurutnya, meskipun saat ini belum terdeteksi masuk di sekolah-sekolah yang ada di Sulbar, namun sedini mungkin perlu diwaspadai oleh semua pihak, utamanya pemerintah.

“Di Sulbar mungkin belum kita deteksi. Tetapi di beberapa daerah, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) justru mendeteksi gelagat pengajaran bermuatan radikalisme yang bertentangan dengan karakter Indonesia di berbagai daerah,” kata Ashari.

Ia menyebut, penanaman paham bermuatan radikalisme dan terorisme sudah ada di kawasan Jawa Tengah, misalnya di Cilacap. Di luar Pulau Jawa, kasus bercorak serupa terjadi di Sumatera Utara.

“Itu hasil kajian dari BNPT. Sehingga tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi di Sulbar sendiri. Kita lihat juga di Depok sana, ada yang PAUD (pendidikan anak usia dini) saja sudah mulai seperti itu. Artinya, harus kita waspadai semuanya,” tuturnya.

Sehingga, kata Ashari, peranan pemerintah dianggap sangat penting dalam mencegah adanya potensi-potensi pengajaran seperti itu.

“Makanya, pemerintah harus benar-benar berperan secara maksimal. Kalau tidak, ini membahayakan, sebab tentu kita tidak inginkan generasi kita radikal akibat doktrin yang terus digencarkan oleh kelompok berpaham radikal dan teroris ini,” tegasnya.

Kepala BNPT, Komjenpol Suhardi Alius, lanjut Ashari, juga sudah bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy di Lembaga Ketahanan Nasional.

BNPT sebagai lembaga induk FKPT, menyampaikan kepada Muhadjir agar dibuat semacam penyaring supaya generasi muda tak terasuki oleh paham radikal dan teror.

“Jadi memang, pelajaran etika karakter bangsa yang kini ditinggalkan, sekarang harus dimasukkan kembali dengan metodologi yang berubah. Bagaimana membangun empati anak-anak untuk mengerti bangsanya, soal kemajemukan, soal nasionalisme dan sebagainya,” jelasnya

Selain di sekolah, tambahnya, masyarakat juga perlu mewaspadai arus informasi yang mengalir via internet. Sebab saat ini, sekat ruang pribadi sudah tertembus oleh arus informasi.
#Rilis#BusriadiBustamin