Musik Bambu Mamasa Butuh Perhatian #HUTSulbarKe-13

Musik Bambu Mamasa Butuh Perhatian #HUTSulbarKe-13 -

MAMUJU – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Sulbar resmi digelar di halaman depan Rumah Jabatan Gubernur Sulbar, Jumat (22/9/2017). Berbagai pementasan ikut meramaikan perayaan yang ke-13 tahun ini.

Salah satunya penampilan musik bambu yang berasal dari daerah Mamasa. Kelompok musik ini bernama musik bambu Pompang beranggotakan 20 orang. Personil laki-laki sebanyak 15 dan perempuannya lima orang. Semuanya mampu memadukan alat musik traditional ini secara apik.

“Bukan hanya musik bambu saja tapi ini musik bambu Pompang yang dipadukan dengan seruling bambu. Karena, kalau dikatakan musik bambu itu banyak bentuk ada kulintang ada katto-katto tapi ini yang namanya bambu pompang yang dipadukan,” jelas pembina Sanggar Seni Oratsiovoice Pa’mana’ Tomatua, Salpriagung Mallita Anton (26), kepada mandarnesia.com usai acara, Jumat (22/9).

Menurutnya, di sanggar seni yang didirikan setahun yang lalu juga memiliki berbagai kategori, mulai dari musik sampai kerajinan.

[perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]”Kategori pertama musik tradisonal di mana musik ini adalah musik bambu bisa juga musik yang dikolaborasi apakah itu katto-katto, dan jimbe. Kedua, ada paduan suara terbagi lagi foklor, sakra, gospe. Lalu tari-tarian baik tradisonal maupun tari kreasi baru. Keempat, kerajinan ada juga yang dipakai dari bulu london, miniatur pembuatan rumah adat Toraja Mamasa,” sebutnya.[/perfectpullquote]

Ia juga menjelaskan, dalam setiap pementasan yang dilaksanakan. Salah satunya yang menjadi kendala adalah baju khas yang digunakan. Ia bahkan menyewa beberapa pakaian untuk pentas.

“Yang di pakai perempuan itu namanya Palo-palo yang di atas kepala. Yang ke bawahnya lagi ada namanya sassang dan baju adat Mamasa, terus pake dodo ampiri namanya itu juga kami belum punya. Karena ini masih dalam penyewaan, masih meminjam,” katanya.

“Kalau laki-laki yang terbuat dari kain ini namanya love-love, terus yang pakai tanduk khas kita orang suku Toraja-Mamasa lambang kerbau biasanya disusun di rumah-rumah, tapi kita ingin perlihatkan lagi agar seluruh Indonesia dapat melihat Mamasa,” tambahnya.

Ia berharap pemerintah bisa melirik sanggar seni miliknya agar tetap bisa berkembang dan berkarya.

“Bukan hanya dipanggil saja tapi kami ingin membangun Mamasa lewat tradisinya. Kami juga ingin membantu pemerintah untuk melestarikan budaya Mamasa ini,” ungkapnya.

#AyubKalapadang