Membaca Sulawesi Barat di Hari Jadi ke-13

Oleh: Ilham Muslimin
Mahasiswa ISI Yogyakarta

Melalui proses sejarah yang begitu panjang dan melelahkan, pada akhirnya (22/9/2004) ketukan palu DPR RI mengesahkan Provinsi Sulawesi Barat dikukuhkan melalui penandatanganan UU Nomor 26 Tahun 2004, tanggal (05/10/2004) oleh Presiden Megawati Soekarno Putri “Puang Tomalolo.”

Tidak terasa, Sulawesi Barat telah 13 tahun berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Sulawesi Selatan.

Terbentuknya Sulawesi Barat, menjadikan harapan, daerah ini bisa tumbuh dan berkembang dengan bersatunya Afdeling Mandar menjadi Provinsi Sulawesi Barat.

Pejuang Sulbar tentu ada sebab akibat mengapa ingin mekar. Apakah awal pembentukan Sulawesi Barat ini muncul sekjak awal perjungan, atau nama Mandar yang ingin dijadikan nama Provinsi?

Ini harus dibuka selebar-lebarnya di masyarakat tentang sejarah pembentukan Sulbar. Kita bisa melihat sekarang, berusia tiga 13 tahun, akan tetapi daerah ini belum juga mencuat ke permukaan.

Bahkan bisa dikatakan Sulbar sedang mengalami kegalauan identitas. Usia ke-13 tahun, seakan-akan ego sentris muncul di afdeling Mandar.

Sebagaimana kita ketahui Sulbar adalah Afdeling Mandar yang di dalamnya ada sejarah panjang dan memiliki persekutuan dari hulu hingga hilir.

Sebut saja Pitu Ulunna Salu (PUS) yakni Bambang, Rantebulahan, Mambi, Aralle, Tabang, Matangnga, dan Tabulahan. Sedangkan di daerah pesisir disebut Pitu Babana Binanga (PBB) yakni Balanipa, Sendana, Banggae, Pamboang, Tappalang, Mamuju, dan Binuang. Persekutuan ini yang menjadi sejarah tali persaudaraan yang ditandai perjanjian Batu di Luyo.

Melihat sejarah yang telah ada, seakan itu hampa, segelintir orang tak mengakui bahwa dia adalah orang Mandar.

Mundur ke belakang, jika kita melihat sebelum Sulbar memisahkan diri dari Sulsel. Tidak ada yang mengatakan saya Polewali, Mamuju, Majene, Matra, Mateng, dan Mamasa. Tetapi mengatakan saya orang Mandar.

Contohnya Almarhum Prof. Dr. Baharuddin Lopa, SH sang pendekar hukum. Beliau tak pernah mengatakan saya orang Pambusuang ataupun menyebut nama kabupatennya. Dengan tegas mengatakan saya orang Mandar.

Kenapa pada saat ini kita seakan takut mengatakan bahwa saya orang Mandar? Banyak orang berpandangan bahwa, Mandar di Sulbar sekarang hanya di Kabupaten Polman.

Apa karena di belakang Polewali ada kata Mandar? Dalam sejarah sudah kita sepakati, bahwa dari Paku sampai Suremana itu adalah Afdeling Mandar yang sekarang menjadi Sulbar.

Mungkinkah ini karena kesalahan pendahu kita? Yang tidak memperjuangkan nama Provinsi Mandar.

Ketika merunut isi perjanjian persaudaraan “Sisarapai mata malotong anna mata mapute anna sisara tau melulluare.” ini yang perlu diketahui, begitu solidnya nenek moyang kita.

Namun pada kenyataanya, penamaan bandara saja menjadi persoalan di Sulbar. Ketika nama bandara Tampa Padang diwacanakan untuk diganti menjadi Andi Depu.

Itu malah menjadi dibesar-besarkan dan dipersoalan. Ini hal yang fatal, padahal harusnya selesai ditataran pemerintahan.

Berbicara mengenai pendidikan di Sulbar, masih banyak yang tidak tersentuh. Mulai dari fasilitas. Universitas Negeri Sulawesi Barat sampai saat ini masih berserakan di mana-mana.

Bagaimana tidak, dari awal kursi kepemimpinan rektor sudah diperebutkan. Ini semua persoalan, jika kita merunut kata Malaqbiq, sebagai jargon Sulbar hal itu tidak mesti terjadi di Jazirah Mandar.

Infrastruktur, masih banyak jalanaan sampai saat ini hampir tidak tersentuh oleh pemerintah. Meskipun ada di wilayah Provinsi Sulbar.

Pemerintah terlalu fokus pada tataran ibu kota, sehingga daerah lain terlupakan. Potensi SDA di daerah tersebut sangat berlimpah. Infrastruktur yang tidak memadai, sehingga hal demikian terbengkalai.

Pembetukan Sulbar mulai dari sekarang kita menafsirkan ulang. Merefleksi diri kita, apa sebenarnya tujuan pembentukan Sulbar.

Persoalan ini akan menjadi-jadi jika tidak bisa diredam dari sekarang. Pemerintah perlu sosialisasi kepada masyarakat, mengenai sejarah pembentukan Sulbar.

Hal itu sangat penting jangan sampai generasi afdeling Mandar ini buta akan dirinya sendiri. Bung Karno pernah mengatakan “JASMERAH” Jangan Sekali- kali melupakan sejarah.

Sejarah Afdeling Mandar ini sangat penting untuk diketahui seluruh masyarakat dan bisa dimaskukkan dalam kurikulum di tingkat SD, SMP. Afdeling Mandar cikal bakal terbentuknya provinsi ini.

Inilah kado yang bisa kuberikan buat Sulbarku, Mandarku, Mandar kita semua, selamat hari jadi Sulbar yang ke-13, semoga dengan pemimpin baru bisa lebih Maju dan Malaqbi. Sesuai dengan jargon Gubernur Sulawesi Barat saat ini H. Andi Ali Baal Masdar, M.Si. dan Ibu Hj. Enny Anggraeni Anwar.

 

Sumber Foto : Fb. Ilham Muslimin