Oleh: Adi Arwan Alimin
Itu slogan yang langsung dibaca siapapun bila memasuki warung kopi ini. Tidak seperti warkop lainnya, konsep tempat nongkrongnya seolah tak terpengaruh interior kedai kopi kekinian. Berada di tepi simpang empat Warung Kopi Haji Anto berdiri.
Kamis (20/10) malam, penulis meneguk kopi susu jahe yang disaji memakai gelas tinggi. Seorang pelayan berjilbab merentang daftar menu laminating, selain kopi hitam, kopi susu, kopi susu jahe, pengunjung dapat memilih makanan berat sekalipun. Ada pula olahan Indomie selain gorengan.
Semalam kami meminta sepiring pisang dan ubi goreng. Biasanya perbedaan rasa pisang maupun ubi kayu berasal dari kegemburan tanah setiap daerah, benar saja. Dua bahan pangan utama itu, amat gurih dalam balutan keriuk tepung goreng. Kudapan ini enak saat dikunyah panas-panas.
Bersama Nasrum Idris, kerabat yang juga sahabat sejak masa kecil di Kampung Jawa, Wonomulyo, kami duduk sekitar dua jam di warkop legendaris ini. Dinding warung kopi dipenuhi bingkai foto yang memamerkan para pejabat atau tokoh populer yang pernah ngopi di sini.
“Ini diantara warkop legendaris di sini, sudah lama sekali,” ujar Nasrum saat kami mengitari sejumlah ruas kota sebelum menuju Warkop Haji Anto.
Penulis diajak berkeliling usai launching Aplikasi SIAKBA dan SIMPEG yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, di Claro Kendari. Sejak tanggal 19 Oktober kemarin, ribuan peserta dari Divisi SDM jajaran KPU se-Indonesia mengikuti rapat koordinasi persiapan rekrutmen adhoc Pemilu 2024.
Warung kopi milik Haji Ismail Salam, mengapa bernama Warkop Haji Anto? Mengutip sultra.tribunews nama Anto merupakan panggilan akrab Haji Ismail. Di Kota Kendari warkopnya telah berdiri di tiga tempat berbeda. Warkop pertama mulai mengepul tahun 2007, warkop kedua tahun 2010, dan paling anyar tahun 2020 lalu.
Pilihan nama itu ternyata menjadi branded recommended bagi usaha minum kopi yang memang menjadi kegemaran pengusaha ini. Penamaan yang katanya, hendak mengikuti kepopuleran Haji Kalla atau Haji La Tunrung, dua pengusaha papan atas berdarah Sulawesi.
Simaklah slogan menarik warkop Haji Anto. “Mau Jadi Presiden RI, Mau Jadi Gubernur, Mau Jadi Walikota, Mau Jadi Bupati, Mau Jadi Anggota DPR, Minum kopi Haji Anto”. Pilihan kata itu membetot senyum setiap orang yang baru kali pertama datang.
Kedai kopi ini diklaim sebagai warkop terbaik di Sulawesi Tenggara. Klik laman https://warkophajiantokendari.com/. Presiden RI, Joko Widodo pun pernah mampir di warkop Haji Anto beberapa tahun lalu.
Penulis bersama Nasrum berada di kios penikmat kopi Kendari ini hingga lewat tengah malam. Saat meninggalkan kedai, puluhan orang masih duduk menikmati kopi khasnya, atau berkumpul di beberapa meja. Beberapa roda empat dan belasan motor masih terparkir.
Benar saja, aroma dan tastenya mampu membuat penulis terjaga hingga dini hari. Atau ini mungkin hanya ilusi bahwa mungkin saja atau barangkali terjaga sebab kafein, seperti kata komedian Amerika Serikat Lewis Black tentang kopi. Yang pasti aroma ethyphenol kopinya saat diseduh memberi rasa berbeda. Nasrum sudah bilang, biasanya bakal nggak cepat tidur.
Ingin menikmati suasana minum kopi berbeda, mampirlah ke warkop legend ini saat berkunjung di Kota Lulo Kendari. Seiring berjalannya waktu (kompas.id), ibukota Kerajaan Lawoi ini, sudah ada sejak abad XIX. Kendari terus berkembang, dan menjadi salah satu kota besar di Pulau Sulawesi. Pura yang telah berusia 190 tahun. (*)