Rombongan tiba di area pemakaman Buyung tepat pada jam 10.00. Disana terdapat banyak makam-makam tua yang bermacam-macam bentuknya. Ada yang hulu keris, ada mahkota dan ada yang pipih. Dilihat dari bentuk makam, terdapat kesamaan dengan bentuk makam yang ada di Saleko. Ini berarti pemakaman ini sezaman.
Jika di Saleko hanya makam keluarga besar pappuangan, maka di Buyung ini semua perangkat adat mulai Pa’ambi’, Tomawuweng, Pa’ambi’ Ana’ Pattola, Tomawubeng; Aruang dan Annangguru kayyang (Imam) ikut juga dimakamkan disini. Struktur pemerintahan tradisional memang menjadikan Buyung sebagai wakil Pappuangan Napo yang dilengkapi dengan struktu pemangku adatnya.
Jika Adil Tambono mengatakan bahwa Buyung ini terbentuk setelah Balanipa lahir, justru struktur pemerintahan Kerajaan Balanipa mengadopsi struktur yang ada di Buyung yang menjadi kesatuan dari pemerintahan adat Napo Saleko. Dalam kajian arkeologi, makam yang ada di Buyung ini diperkirakan pada tahun 1600-an berdasarkan bentuk makam yang umum digunakan pada tahun-tahun tersebut.
Pemerintahan tradisional Balanipa pada masa Todilaling hanya mengubah atau menambah jabatan adat, tidak mengurangi kecuali fungsi. Bahwa pada masa pemerintahan Tomakaka’, terdapat 2 tomakaka’ yang menjadi cikal bakal Balanipa yaitu Tomakaka’ Lemo dan Tomakaka’ Poyosang. Dari sinilah muncul Puang di Gandang (Tomakaka’ Napo) dan I Pasu Tau (Tomakaka’ Poyosang) yang dikenal dengan gelar Puang di Poyosang. Itulah makanya, Napo Buyung disatukan menjadi Pappuangan Napo, satu diantara Appe’ Banua Kayyang yaitu Samasundu, Mosso dan Todang-Todang.
Dari Appe’ Banua Kayyang inilah muncul ide untuk mendirikan Kerajaan dengan mendaulat I Manyambungi Todilaling sebagai mara’dia pertama. Setelah I Manyambungi resmi menjadi mara’dia, maka Pappuangan di Poyosang diposisikan sebagai wakilnya.
Sementara Napo menjadi pihak yang dituakan dalam struktur Appe’ Banua Kayyang dengan tetap menggunakan strukuturnya yang sudah ada yakni Saleko Buyung. Dalam perkembangannya, pertumbuhan dan persebaran pednduduk membuat Pappuangan di Poyosang ditunjuk sebagai pihak yang bertanggung jawab akan daerah ini. Selanjutnya gelar Puang di Poyosang berubah menjadi Pappuangan Limboro.
Demikianlah seterusnya, struktur pemerintahan Kerajaan Balanipa berkembang seiring perluasan wilayahnya, hingga sampai di wilayah pesisir yang kelak dikenal dengan Pappuangan Biring Lembang.