Bersepada Marasa di Jalur Sutera Mandar dan Situs Sejarah

BALANIPA, mandarnesia.com–Kegiatan bersepeda bersama yang bertema literasi sejarah dan budaya terlaksanakan di Sulawesi Barat adalah kali pertama dilaksanakan. Ditandai dengan selesainya dua segmen kegiatan Bersepeda Marasa. Pelaksana kegiatan ini komunitas Panggoling Mandar Balanipa, Jelajah Majene Kota Tua (28/3) di Majene dan Jalur Sutera Mandar (4/4) di Polman.

“Sepekan setelah pelaksanaan Jelajah Majene Kota Tua, kami laksanakan Jalur Sutera Mandar yang berpusat di Desa Karama, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar. Kegiatan diikuti 250 pesepeda. Rutenya sejauh 22 km, dimulai dari Lapangan Orion Karama, menuju Desa Tammangalle, Desa Pallis, Kelurahan Balanipa, Desa Tangnga-tangnga, Kelurahan Tinambung, Desa Lekopadis dan kembali finish di Desa Karama. Tapi sebagian peserta hanya menempuh setengah rute yang direncanakan,” jelas Muhammad Ridwan Alimuddin, koordinator Bersepeda Marasa.

Bersepeda Marasa bukan hanya tentang mengayuh pedal atau berolahraga tapi dia memiliki kekhasan, yakni memasukkan unsur edukasi dalam kegiatannya. Rute melalui situs bersejarah, lalu pada situs itu ditempatkan baliho informasi, berisi materi singkat tentang tempat yang dilalui. Misal tentang Galetto, yang dilalui pesepeda.

“Pantai Galetto adalah pelabuhan kuno di Teluk Mandar, terletak di antara Desa Karama dengan Desa Tammangalle, atau satu kawasan dengan Dusun Manjopaiq, nama dusun yang identik dengan nama kerajaan terbesar di Nusantara di masa silam, Kerajaan Majapahit. Pantai Galetto berjarak sekitar 3 km dari Tammajarra atau Napo, pusat Kerajaan Balanipa di masa silam. Di Tammajarra pernah diadakan kesepakatan antar kerajaan di pesisir, yang belakangan dikenal sebagi persekutuan Pitu Baqbana Binanga. Pantai Galetto adalah gerbang masuknya Islam di Mandar, khususnya di Kerajaan Balanipa, yang dibawa Abdurrahim Kamaluddin yang belakangan dimakamkan di Pulau Tosalamaq di Kerajaan Binuang.”

Seperti Jelajah Majene Kota Tua, di kegatan Jalur Sutera Mandar juga diikuti langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Farid Wajdi. “Kegiatan Bersepeda Marasa, khususnya Jalur Sutera Mandar ini adalah langkah kongkrit dari Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat mendukung Program Marasa Gubernur Sulawesi Barat, Bapak Ali Baal Masdar. Beliau ingin mengangkat kejayaan Desa Karama sebagai sentra penghasil tenunan Mandar, “lipaq saqbe”. Nah kami mendukung dari aspek kepariwisataannya yang diawali dengan kegiatan bersepeda ini yang dibarengi sosialisasi narasi Karama sebagai ‘Kampung Saqbe’,” terang Farid Wajdi.

Di Karama dipasang baliho berisi penjelasan, “Karama adalah kota niaga terbesar di Kerajaan Balanipa. Memiliki banyak pelaut dan pedagang antar pulau di Nusantara, misalnya ke Malaka dan Padang. Komoditas penting dari Karama adalah kain “lipaq saqbe”. Benang sutera dibawa datang pelaut lalu ditenun wanita Karama. Tenunan “lipaq saqbe” komoditas penting perdagangan orang Mandar. Karama terkenal sebagai penghasil tenunan sutera, ada lagu klasik Mandar yang liriknya “lipaq saqbena to Karama”. Dulu “lipaq saqbe” dijadikan perbekalan pelajar Mandar yang menuntut ilmu, baik di Padang maupun di Mekkah. Kepada mereka dikirimi tenunan dari kampung yang dibawa pelaut lalu dijual di kota yang ditempati. Hal itu pernah dilakukan K. H. Djalaluddin (Pukkali Balanipa), K. H. Muhammad Shaleh dan ulama lain di Mandar.”

Bukan hanya di narasi di kesejarahan, Bersepeda Marasa juga melibatkan industri ekonomi kreatif. Setiap pesepeda diberi tempat hp berbahan tenunan Mandar. Usai acara, hadiah door prize yang diberikan ke peserta adalah “lipaq saqbe” yang diproduksi perempuan Desa Karama dan sekitarnya.

“Kami menyiapkan 35 kain tenun lipaq saqbe sebagai hadiah. Biasanya kan yang dijadikan hadiah adalah produk-produk dari luar, seperti kipas angin, aksesoris sepeda, dan lain-lain. Nah di kegiatan ini kita pakai produk lokal, dalam hal ini lipaq saqbe. Memang ada hadiah sepeda, tapi itu tiga unit saja sebagai hadiah utama,” kata Muhammad Ridwan Alimuddin.

Senada dengan Farid Wajdi, yang mengharapkan Desa Karama yang akan menjadi “Kampung Saqbe” dapat menjadi destinasi wisata yang melibatkan ekonomi kreatif. “Nanti di Karama kita ada beberapa program untuk menindaklanjuti apa yang sudah kita lakukan ini. Bagaimana pun juga, gerakan-gerakan seperti ini harus kontinyu, ada pembinaan dan kolaborasi agar apa yang diprogramkan bapak gubernur berhasil,” tambah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat.

Kegiatan Bersepeda Marasa yang dilaksanakan Panggoling Mandar Balanipa didukung oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Kopi Tjap Maraqdia, Ruang Budaya Bura’pia, Mandar Sutera, Malolo, Rintara Jaya Sulawesi Barat, Mandar Expedition, Majene Minion Community, Rumah Sepeda, Haryani Castle Publishing, dan Armada Pustaka Mandar. (rls)